Selasa 14 Feb 2023 19:50 WIB

Portofolio Pembiayaan JICA di Indonesia Mencapai 501 Miliar Yen

JICA telah mendukung Indonesia terutama melalui berbagai proyek infrastruktur.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Penumpang menaiki MRT di Jakarta, Jumat (20/1/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau Japan International Cooperation Agency (JICA) telah mendukung Indonesia, terutama melalui berbagai proyek infrastruktur.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penumpang menaiki MRT di Jakarta, Jumat (20/1/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau Japan International Cooperation Agency (JICA) telah mendukung Indonesia, terutama melalui berbagai proyek infrastruktur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau Japan International Cooperation Agency (JICA) telah mendukung Indonesia, terutama melalui berbagai proyek infrastruktur. Beberapa yang telah dibangun antara lain MRT, penanggulangan banjir, dan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Dukungan JICA, kata dia, bersifat proyektif.

Ia menyebutkan, portofolio pembiayaan JICA di Indonesia yang sedang berlangsung saat ini sekitar 501 miliar yen atau setara Rp 57 triliun. "Untuk JICA, portofolionya di berbagai kementerian yang masih on going di Kemenhub yaitu proyek MRT (Mass Rapid Transit) senilai Rp 227 miliar yen," ujarnya dalam media briefing usai IMF-JICA Joint Conference yang digelar secara virtual, Selasa (14/2/2023).

Baca Juga

Lalu, terdapat proyek perumahan publik di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) senilai 204 miliar yen. Berikutnya, proyek di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebanyak 8 miliar yen.

"Yang hampir selesai yakni proyek dengan PLN dan Pertamina mendapatkan penerusan pinjaman untuk tiga proyek dengan komitmen sebesar 55 miliar yen," ujar Sri Mulyani.

Selanjutnya proyek dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas sebesar 7 miliar yen. Terkait dukungan terhadap proyek di Ibu Kota Nusantara (IKN), kata dia, JICA lebih melihat bagaimana proses pembangunannya. JICA fokus pada area yang menjadi perhatian Jepang yaitu di bidang energi dan beragam proyek infrastruktur.

Selama kunjungan kerja ke Jepang, Sri Mulyani pun sempat bertemu dengan Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki. Keduanya membahas soal keketuaan bersama (co-chair) Indonesia dan Jepang di ASEAN plus 3, termasuk inisiatif pembiayaan baru.

ASEAN plus 3 merupakan bentuk kerja sama ekonomi yang diikuti oleh seluruh negara anggota ASEAN bersama dengan tiga negara di kawasan Asia Timur Laut yaitu Jepang, Korea Selatan, dan Republik Rakyat China (RRC). Dalam pertemuan tersebut juga dibahas pula mengenai reformasi dari ASEAN plus 3 dikaitkan dengan Jerman inisiatif, terutama inisiatif dari Jepang untuk memperkenalkan instrumen baru di dalam rangka untuk mengantisipasi kebutuhan negara-negara ASEAN plus 3, dalam menghadapi kemungkinan terjadinya shock atau guncangan krisis akibat masalah bencana alam dan juga pandemi.

Jepang turut mendukung inisiatif Indonesia untuk penguatan dan inklusivitas ASEAN plus 3 Macroeconomic Research Office (AMRO). Sri Mulyani menjelaskan, Suzuki juga mendukung Program Transisi Energi menuju renewable dan net zero carbon Indonesia yang sudah dideklarasikan oleh Presiden Jokowi di pertemuan puncak G20.

"Kami juga membahas dengan Menteri Keuangan Jepang, follow up dari pertemuan G20, terutama dikaitkan dengan kerja sama untuk mendukung transisi energi Indonesia, yaitu dalam bentuk Just Energy Transition Partnership (JETP). Jepang bersama Amerika Serikat dan Jerman adalah negara-negara yang mendukung transisi energi di Indonesia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement