Selasa 20 Dec 2022 15:14 WIB

Pembangunan Jalan Berlangsung Pesat, Kontribusi HPJI Menuai Apresiasi

kolaborasi profesional dan akademisi pengembang jalan membangun 5000 Kilometer jalan

Sebuah mobil melintas di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ? seksi I Binjai-Pangkalan Brandan ruas Binjai-Stabat di kawasan Stabat, Langkat, Sumatera Utara, Jumat (21/1/2022). Pembangunan jalan tol sepanjang 12 km tersebut telah rampung dan akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 27-28 Januari 2022.
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Sebuah mobil melintas di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ? seksi I Binjai-Pangkalan Brandan ruas Binjai-Stabat di kawasan Stabat, Langkat, Sumatera Utara, Jumat (21/1/2022). Pembangunan jalan tol sepanjang 12 km tersebut telah rampung dan akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 27-28 Januari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Pesatnya pembangunan sejumlah ruas jalan saat ini tidak terlepas dari peran pengembang jalan di Tanah Air. Dalam target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menetapkan target 97 persen jalan nasional dalam kondisi baik dan waktu tempuh 1,9 jam untuk setiap 100 km ruas utama.

Selama delapan tahun terakhir, kolaborasi profesional hingga akademisi pengembang jalan telah berhasil membangun 5.000 km jalan nasional di wilayah perbatasan Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara Timur serta pulau-pulau kecil. Selain itu, lebih dari 1.750 km jalan tol juga telah dibangun dan dioperasikan. Capaian ini 10 kali lipat lebih produktif dibandingkan 36 tahun sebelumnya.  

Baca Juga

Karena itu Pemerintah mengapresiasi kontribusi Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPJI). Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian yang mewakili Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam pembukaan Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke-15, Senin (19/12/2022).  Peran prasarana jalan masih menjadi tulang punggung konektivitas untuk meningkatkan produktivitas ekonomi dan pengembangan wilayah nasional.

Hedy berharap perjalanan pembangunan ini bisa terus memperbaiki peringkat kualitas jalan Indonesia di mata dunia. Data tahun 2019, menempatkan Indonesia pada posisi ke 59 dari 141 negera terkait kualitas jalan. "Kita masih tertinggal dari tetangga. Singapura dan Malaysia pada urutan ke-1 dan ke-21," jelas Hedy.

Dalam KRTJ ke-15 ini, Hedy mengajak para pemangku kepentingan pengembang jalan untuk peduli pada isu-isu terkini. Misalnya, kelengkapan standar konstruksi/pekerjaan jalan, ketepatan metode konstruksi dan pemanfaatan material, kompetensi dan profesionalitas pelaku konstruksi jalan, pengawasan atas penggunaan jalan secara berkesinambungan, hingga estetika. "Jalan harus dapat mewujudkan ruang jalan sekitar yang lebih menarik sehingga dapat dinikmati oleh publik dan tidak menjadi gersang dan tak terawat. Jalan yang berestetika memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan dan menjadi daya tarik," kata Hedy.

Dalam KRTJ ke-15 ini, Hedy mengajak para pemangku kepentingan pengembang jalan untuk peduli pada isu-isu terkini. Misalnya, kelengkapan standar konstruksi/pekerjaan jalan, ketepatan metode konstruksi dan pemanfaatan material, kompetensi dan profesionalitas pelaku konstruksi jalan, pengawasan atas penggunaan jalan secara berkesinambungan, hingga estetika.

"Jalan harus dapat mewujudkan ruang jalan sekitar yang lebih menarik sehingga dapat dinikmati oleh publik dan tidak menjadi gersang dan tak terawat. Jalan yang berestetika memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan dan menjadi daya tarik," ungkap Hedy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement