REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Presiden Joko Widodo alias Jokowi telah menyiapkan lima jurus untuk menghadapi ancaman resesi tahun depan. Kelima jurus tersebut yakni, mempercepat belanja, menekan inflasi, menggenjot investasi, peningkatan ekspor dan devisa, dan penanganan Covid-19.
Karena, diprediksi ancaman pelemahan ekonomi global tahun depan sangat nyata setelah sejumlah lembaga internasional seperti IMF dan World Bank memperkirakan situasi ekonomi global akan terasa berat, bahkan disebut akan gelap.
Bahkan, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global turun menjadi 2,7 persen, sedangkan World Bank lebih rendah lagi yaitu 0,5 persen.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Komaruddin mengapresiasi langkah Presiden Jokowi mengantisipasi ancaman resesi. Menurutnya, ancaman resesi ekonomi tahun depan tak lepas dari gejolak perang antara Rusia-Ukraina dan pandemi COVID-19 yang belum selesai.
“Ini tak lain karena pandemi yang belum berakhir, namun kemudian dunia kembali dihadapkan dengan tantangan lain seperti konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan. Di mana, ketegangan ini memicu peningkatan risiko berupa krisis pangan, energi, hingga pupuk. Bahkan, situasi ini juga memicu lonjakan inflasi di sejumlah negara maju, seperti AS,” kata Puteri melalui siaran persnya, Kamis (8/12/2022).
Menurut Puteri, di tengah risiko pelemahan ekonomi global, ekonomi Indonesia justru masih tetap tangguh dan tahan banting. Menguatnya ekonomi Indonesia ini bisa lihat pada kuartal III-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,7 persen, atau terus melanjutkan tren peningkatan sejak kuartal pertama, dan diprediksi akan tumbuh di atas 5 persen pada kuartal IV-2022.
“Selain itu, inflasi kita yang masih cukup stabil dan terkendali. Ini tentu menjadi modal kita untuk tetap optimis dalam menghadapi risiko pelemahan ekonomi global tahun depan,” ujarnya.
“Bahkan, sejumlah lembaga internasional memperkirakan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh sekitar 4,8 - 5,1 persen. Artinya, prospek ekonomi kita semakin cerah dan berpotensi besar untuk terhindar dari perkiraan resesi,” sambungnya.
Dikatakan Politisi Partai Golkar ini, menguatnya ekonomi Indonesia ini tak lepas dari gerak cepat pemerintah yang memberikan perhatian serius kepada para pelaku usaha.
“Ini tidak terlepas dari pulihnya konsumsi dalam negeri yang diindikasikan indeks keyakinan konsumen yang berada di level optimis, serta menggeliatnya dunia usaha. Bekal ini diharapkan mampu menjaga kinerja perekonomian kita dalam menghadapi dinamika global,” ungkapnya.
Menariknya, lanjut Puteri, secara teknis Indonesia saat ini tidak mengalami resesi, karena jika Indonesia mengalami resesi apabila pertumbuhan PDB yang minus selama dua kuartal berturut-turut, tetapi Indonesia malah meningkat di dua kuartal terakhir.
“Justru saat ini ekonomi kita masih mampu tumbuh positif di atas 5 persen selama dua kuartal terakhir. Capaian ini bahkan lebih tinggi dibandingkan AS, Uni Eropa, Tiongkok, maupun Singapura,” jelasnya.
“Karenanya, hal ini juga perlu diantisipasi dan direspon Pemerintah untuk segera mengatasi dampak hambatan dari pelemahan ekonomi negara lain, khususnya yang menjadi mitra dagang utama terhadap keberlangsungan industri dalam negeri, terutama industri yang padat karya,” tandasnya.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi sebelumnya telah menginstruksikan pembantunya (Menteri) menghadapi 2023. Instruksi yang diberikan secara umum bertujuan untuk mempersiapkan strategi menghadapi akhir tahun, serta 2023 mendatang.
Beberapa hal yang disinggung adalah kewaspadaan bencana, potensi turunnya ekspor Indonesia, hingga bagaimana menjaga perekonomian di tengah ketidakpastian global.
"Kuncinya kolaborasi antar kementerian dan lembaga, jangan terjebak ego sektoral. Segera konsolidasi data dan pelaksanaan untuk implementasinya," kata Jokowi.