Selasa 06 Dec 2022 19:39 WIB

Inovasi Kilang Badak LNG, Tekan Impor LPG

Gas jadi energi transisi dan Pertamina telah anggarkan 60 persen investasi untuk hulu

Komitmen Pertamina untuk perkuat infrastruktur gas kembali diwujudkan dengan hadirnya inovasi baru LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang.
Foto: Pertamina
Komitmen Pertamina untuk perkuat infrastruktur gas kembali diwujudkan dengan hadirnya inovasi baru LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang.

REPUBLIKA.CO.ID, BONTANG -- Komitmen Pertamina untuk perkuat infrastruktur Gas Kembali diwujudkan dengan hadirnya inovasi baru LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang. Teknologi tersebut dapat meningkatkan produksi LPG untuk wilayah Bontang hingga 323 persen sebesar 603 meter kubik per hari.

LPG Booster System ini telah mulai beroperasi sejak Desember 2021, dan hingga Oktober 2022 telah melakukan tiga kali pengapalan. Rencananya dalam bulan Desember ini akan dua kali pengapalan. Diproyeksi terdapat penambahan produksi LPG sebesar 1,56 juta meter kubik atau 780 ribu Metrik Ton selama periode 2022-2027.

Baca Juga

“Dengan penemuan teknologi ini, dengan inovasi ini memberikan harapan bahwa Indonesia bisa menghasilkan tambahan produksi LPG nasional, yang secara otomatis dapat mengurangi impor LPG. Yang ini akan memperkuat ketahanan energi nasional,” ujar Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) dalam acara peluncuran LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang, Selasa (6/12/2022).

Pertamina memiliki potensi yang bisa dikembangkan, inilah yg di lanjutkan PT Badak kedepan. "Kita yakini bahwa gas menjadi energi transisi dan Pertamina telah anggarkan 60 persen investasi untuk di hulu," ungkap Nicke dalam siaran persnya.

photo
Komitmen Pertamina untuk perkuat infrastruktur gas kembali diwujudkan dengan hadirnya inovasi baru LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang. - (Pertamina)

Lebih lanjut Nicke menguraikan, dunia menghadapi ancaman perubahan iklim yang membahayakan generasi mendatang karena penggunaan energi berkontribusi hingga 55,5 persen terhadap gas rumah kaca. Di tengah terjadinya perubahan iklim global, gas merupakan sebagai energi transisi penting bagi masa depan. Menurutnya, sebagian besar negara masih menggunakan energi fosil, termasuk Indonesia. Menyadari hal tersebut, semua negara bersepakat melakukan perubahan, dari penggunaan energi fosil ke EBT. Tapi hal itu tidak semudah membalikan telapak tangan, karena konsumsi energi terus meningkatnya tajam.

“Efisiensi atau mengurangi penggunaan energi secara cermat dan hemat ini bisa memberikan kontribusi pada penurunan karbon emisi,” imbuh Nicke.

Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Wiko Migantoro menjelaskan sebagai subholding yang bergerak di sektor hulu, PHE memiliki sumber gas. Bahkan beberapa potensi masih akan dilakukan monetisasi. Di Wilayah Kerja Mahakam, juga telah ada blok eksplorasi yang diharapkan dapat berproduksi.

Wiko menambahkan, PT Badak NGL memiliki competitive advantage dengan memulai bisnis downstream yang bekerja sama dengan Subholding Gas menjadi pelopor Small Scale Energy. Di dunia, Indonesia termasuk negara besar untuk suplai small scale energy di kepulauan. PT Badak telah mengirimkan banyak energi dalam bentuk isotank ke Sulawesi, Sumbawa, Maluku, Jawa Timur dan wilayah lainnya.

“Khusus untuk LPG Booster System ini, menunjukkan bahwa teman-teman di badak tidak bekerja biasa-biasa saja,” kata Wiko.

Pada kesempatan yang sama Wakil Wali Kota Bontang, Hj Najirah, S.E. menyampaikan harapannya bahwa dengan diresmikannya proyek LPG Production Booster System dapat memberikan manfaat strategis, baik bagi PT Badak LNG maupun Pemerintah Kota Bontang dalam mengurangi kebutuhan LPG impor.

“Ke depannya, inovasi terbaru yang diluncurkan oleh PT Badak LNG ini diharapkan dapat turut mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, utamanya UMKM untuk mewujudkan kota Bontang yang hebat dan beradab,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement