REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa perekonomian Indonesia didorong tumbuh rata-rata 6 persen per tahun untuk menjadi negara maju, sembari menjaga laju emisi karbon tetap rendah.
"Visi Indonesia pada 2045 adalah kita ingin menjadi negara berpendapatan tinggi pada 100 tahun kemerdekaan kita, tapi kita ingin meraih pertumbuhan yang tinggi dengan cara yang berkelanjutan," kata Amalia dalam International Economic Modelling Forum di Jakarta, Kamis (24/11/2022).
Menurutnya pandemi Covid-19 telah memberi pelajaran berharga pada Indonesia untuk memprioritaskan pembangunan yang berkelanjutan dan adil. Salah satu sektor ekonomi di Indonesia yang didorong untuk menekan emisi karbon tanpa mengganggu kinerjanya adalah sektor energi dan manufaktur, sebagaimana tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC).
Sebelumnya Indonesia meningkatkan target pengurangan emisi karbon pada 2030, yakni dari 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional menjadi 31,89 persen, dan dari 41 persen dan 43 persen. Menurutnya untuk jadi negara maju Indonesia perlu terus mendorong pertumbuhan sektor manufaktur sambil tetap menjaga laju emisi karbon tetap rendah, dengan mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT) yang dikonsumsi oleh sektor ini.
"Jadi ketika kita mendorong pengembangan sektor manufaktur, pada saat yang sama, kita juga dapat berkontribusi kepada misi emisi karbon nol," katanya.
Indonesia juga dinilai perlu mulai meningkatkan jumlah investasi pada sektor energi agar dapat lebih berkelanjutan atau menghasilkan sumber EBT, apalagi ia memproyeksikan sektor ini akan tumbuh 2 persen di atas pertumbuhan ekonomi.
"Sektor energi di Indonesia memiliki peran yang signifikan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia," katanya.