REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih mengalami pelemahan sampai hari ini, Selasa (11/10). Di perdagangan pasar spot, mata uang garuda tersebut melemah 0,18 persen menjadi Rp 15.345 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah terjadi seiring dengan menguatnya indeks dolar AS terhadap mata uang lainnya.
"Kekhawatiran atas ketidakstabilan geopolitik di Eropa dan Asia mendorong perdagangan safe haven ke dolar," kata Ibrahim dalam risetnya dikutip Selasa (11/10).
Menurut Ibrahim, sejumlah data eksternal mendorong pengutan dolar AS. Data departemen tenaga kerja AS menunjukkan nonfarm payrolls naik lebih dari yang diharapkan pada September, sementara pengangguran juga turun dari Agustus.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap tangguh sehingga memberi the Fed cukup ruang untuk terus mengetatkan kebijakan dengan tajam karena berjuang untuk memerangi inflasi. Pasar memperkirakan kemungkinan 81 persen bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin bulan depan.
Kekhawatiran eskalasi dalam perang Rusia-Ukraina tumbuh setelah ledakan jembatan kunci antara Rusia dan Krimea, Presiden Vladimir Putin menyalahkan Ukraina. Selain itu, Ketegangan di semenanjung Korea juga meningkat setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik pada hari Minggu, menyusul latihan militer AS di wilayah tersebut.
Pasar sekarang menunggu data inflasi IHK AS untuk bulan September minggu ini, yang diharapkan menjadi faktor dalam rencana pengetatan kebijakan Fed. Angka inflasi yang lebih kuat dari perkiraan pada bulan Agustus telah mengguncang pasar dan mendorong dolar AS.
Ibrahim memperoyeksi, pelemahan rupiah masih akan terus berlanjut. Mata uang rupiah kemungkinan diperkirakan berfluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp 15.300 - Rp 15.360.