REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2B Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang W Budiawan menyebut krisis pangan maupun energi dan kenaikan suku bunga acuan akan menjadi tantangan bagi industri pembiayaan atau multifinance di masa mendatang. Dia menjelaskan kedua hal itu akan menurunkan daya beli masyarakat dan kapasitas kemampuan mereka dalam melakukan pembayaran angsuran kepada perusahaan pembiayaan.
"Tantangan kita lebih ke daya beli masyarakat, karena kenaikan suku bunga, krisis pangan dan krisis energi," kata Bambang di Jakarta, Kamis (15/9/2022).
Dia mengatakan krisis pangan dan energi masih akan terus berlangsung karena belum adanya kepastian penyelesaian konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. "Harus mewaspadai konflik geopolitik masih panjang, supply dari kedua negara akan tertahan seperti gandum dan gas," kata Bambang.
Lalu, dia memperkirakan suku bunga acuan BI7DRR masih ada kemungkinan mengalami kenaikan seiring dengan pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter di tingkat global. "Suku bunga ini menjadi tantangan. Harapannya kenaikan suku bunga tidak terjadi lagi, dan perang (Rusia-Ukraina) stop," kata Bambang.
Dalam kesempatan ini, dia mengatakan terhambatnya sisi supply, khususnya semikonduktor dan mikro cip kendaraan roda dua maupun roda empat dari berbagai negara produsen juga akan menjadi tantangan ke depan. Dia menjelaskan kendaraan bermotor, roda dua maupun roda empat merupakan sektor terbesar penyaluran pembiayaan, yakni memenuhi porsi sebesar 63,5 persen pada Juli 2022.
Dia melanjutkan pelayanan kepada konsumen, khususnya terkait penagihan dan penanganan pengaduan juga perlu lebih dioptimalkan dan disesuaikan dengan regulasi yang ada. Dengan itu, menurut Bambang, perusahaan pembiayaan perlu melakukan sinergi dengan para pemangku kepentingan, mulai dari pusat hingga daerah untuk menghadapi berbagai tantangan ini.