REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, harga minyak goreng telah memberikan andil deflasi sebesar 0,07 persen secara bulanan atau month to month (mtm) pada Juli 2022. Sumbangan deflasi oleh minyak goreng terjadi selama tiga bulan berturut-turut.
"Ini memberikan indikasi bahwa upaya pemerintah menjaga harga minyak goreng sudah memberikan dampak pada deflasi tiga bulan secara beruntun," kata Kepala BPS, Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (1/8/2022).
Margo mengatakan, terjadinya deflasi yang dipicu oleh harga minyak goreng menjadi bukti hasil dari kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengendalikan harga minyak goreng. Sebab, rata-rata harga minyak goreng, menurut pemantauan BPS telah menunjukkan tren penurunan.
Penurunan harga minyak goreng curah tercatat lebih dalam dari penurunan harga minyak goreng kemasan. Tercatat pada Juli, rata-rata harga minyak goreng curah sebesar Rp 15 ribu per kg, turun dari bulan sebelumnya Rp 16.900 per kg.
Adapun untuk harga minyak goreng kemasan sebesar Rp 21.600 per liter, turun dari Juni yang sebesar Rp 22,3 ribu per liter.
Margo mengatakan, meskipun minyak goreng telah menyumbang deflasi, namun dilihat secara tahunan minyak goreng masih memberikan andil inflasi sebesar 0,29 persen.
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, dalam kesempatan terpisah menyatakan, harga minyak goreng curah mulai mengalami penurunan hingga menyentuh Rp 14 ribu per liter sesuai HET pemerintah.
Penurunan harga terutama terjadi di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi. Ia mengaku, harga minyak goreng curah di wilayah Timur Indonesia masih cukup tinggi hingga di atas Rp 20 ribu. Pemerintah pun akan mengupayakan penurunan harga lewat program minyak goreng curah kemasan atau Minyakita.