REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk mencatat kinerja yang terus tumbuh pada tiga bulan pertama 2022. Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 35,2 triliun atau tumbuh 3,7 persen year on year (yoy) dengan Ebitda (Laba sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi) sebesar Rp 19,4 triliun dan laba bersih sebesar Rp 6,1 triliun.
"Ebitda dan laba bersih tersebut tumbuh 3,1 persen dan 1,7 persen dari periode yang sama tahun lalu. Kinerja IndiHome dan Digital Business Telkomsel yang kian kuat masih menjadi mesin pertumbuhan pendapatan perseroan," ujar Ririek dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (10/5/2022).
Ririek menyampaikan, Telkom fokus mengakselerasi langkah transformasi perusahaan untuk menjadi digital telco pada tahun ini. Ririek menyebut lima strategi utama yang ingin direalisasikan untuk memperkuat competitive advantages perusahaan, meningkatkan value creation bagi pemangku kepentingan serta mendukung terwujudnya sustainable competitive growth.
"Langkah ini mulai memperlihatkan hasil yang baik dan kami yakini akan berdampak positif bagi perusahaan dalam dua tahun hingga tiga tahun ke depan," ucap Ririek.
Pada segmen fixed broadband, lanjut Ririek, IndiHome membukukan pendapatan sebesar Rp 6,9 triliun atau tumbuh 7,9 persen YoY dengan total kontribusi terhadap pendapatan perseroan mencapai 19,5 persen. Sementara, pelanggan IndiHome hingga akhir Maret 2022 mencapai 8,7 juta atau tumbuh 7,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, ungkap Ririek, ARPU IndiHome yang kian stabil di kisaran Rp 270 ribu, didorong oleh pendapatan dari add-ons yang tumbuh 15,6 persen YoY dan berkontribusi sebesar 15,9 persen dari total pendapatan IndiHome.
"Untuk meningkatkan pengalaman digital pelanggan, IndiHome terus menjalin kerja sama dengan content provider (Disney+ Hotstar dan lainnya) yang menghadirkan tayangan terbaik dan berkualitas," ungkap Ririek.
Ririek mengatakan, IndiHome dan Telkomsel telah menyepakati kerja sama dengan Netflix sebagai upaya untuk menawarkan konten terdepan bagi pelanggan Telkom Group pada bulan lalu. Dengan layanan yang menjangkau hingga 498 dari total 514 IKK di Indonesia, ungkap Ririek, IndiHome memegang peran penting dalam mendorong pengembangan masyarakat digital.
Pada segmen mobile, lanjut Ririek, Telkomsel berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 21,3 triliun dengan jumlah pelanggan mencapai 175,0 juta pelanggan dan pengguna mobile data sebanyak 119,8 juta pelanggan atau tumbuh 4,3 persen YoY pada akhir Maret 2022. Ririek mengatakan, lalu lintas data juga tumbuh 19,2 persen dari periode yang sama tahun lalu dan total BTS yang dimiliki Telkomsel hingga akhir triwulan pertama 2022 mencapai 247.930 unit atau tumbuh 5,9 persen YoY yang mana 197.721 di antaranya adalah BTS 3G/4G/5G.
"Sektor digital business menjadi mesin pertumbuhan baru bagi Telkomsel yang didorong oleh pertumbuhan yang sehat dari Data dan Digital Services yang berpotensi untuk terus tumbuh ke depannya," ucap Ririek.
Ririek menambahkan, Telkomsel juga telah memperkenalkan PT Telkomsel Ekosistem Digital, dengan identitas brand perusahaan Indico, yang menjadi digital powerhouse dengan fokus utama meningkatkan inovasi digital yang customer-centric, dengan menawarkan produk dan layanan di sektor bisnis digital, melengkapi kapabilitas Telkomsel di bisnis konektivitas seluler.
Kata Ririek, Indico diposisikan sebagai holding company yang berdiri sebagai company's digital initiative enabler & orchestrator yang di tahap awal pengembangan akan mengawal tiga anak perusahaan dari portofolio bisnis vertikal Telkomsel yang sedang berkembang di sektor digital, yakni kesehatan (health-tech) melalui layanan aplikasi Fita, pendidikan (edu-tech) melalui layanan aplikasi kunci, dan sektor mobile gaming melalui anak usaha Majamojo, yang akan memiliki potensi besar dalam mendorong perekonomian digital nasional.
"Hingga Maret 2022, segmen Enterprise mencatat pendapatan Rp4,2 triliun atau tumbuh 1,9 persen YoY, yang mana layanan B2B IT Services dan layanan digital untuk korporasi menjadi kontributor terbesar," sambung Ririek.
Sejalan dengan strategi utama tahun ini, Ririek mengatakan, Telkom telah mengambil alih Telkomsigma menjadi anak usaha langsung pada April lalu. Langkah ini merupakan bagian dari transformasi Telkom Group dalam penataan portofolio bisnis yang bertujuan untuk memperkuat sekaligus mengakselerasi Telkomsigma untuk menjadi B2B IT Service Leader Company.
Sementara itu, segmen Wholesale dan International mencatat pendapatan Rp 3,9 triliun atau tumbuh 16,0 persen YoY yang terutama berasal dari pertumbuhan bisnis menara telekomunikasi dan layanan wholesale voice internasional.
Pada bisnis menara telekomunikasi, ucap Ririek, Mitratel membukukan pendapatan Rp 1,87 triliun atau tumbuh 21,5 persen YoY dengan Ebitda dan laba bersih tumbuh 28,8 persen dan 33,9 persen. Menurut Ririek, margin Ebitda dan margin laba bersih Mitratel pun mengalami peningkatan mencapai 77,1 persen dan 24,6 persen.
Hal ini sejalan dengan komitmen perseroan untuk mengoptimalkan value untuk shareholder, yang mana Mitratel terus melakukan pengembangan portofolio bisnis fiber optic untuk memperkuat bisnis tower yang dikelolanya.
Selanjutnya, lanjut Ririek, data center dan cloud masih menjadi fokus bisnis yang dikembangkan Telkom seiring dengan permintaan yang tumbuh signifikan dari aktivitas bisnis digital perusahaan. Saat ini Telkom Group tengah melakukan konsolidasi bisnis data center. Adapun Hyperscale Data Center diperkirakan akan beroperasi mulai kuartal kedua 2022, seiring dengan potensi bisnis data center yang terus meningkat.
"Untuk memperkuat portofolio perusahaan, mempercepat proses transformasi, dan meningkatkan kapabilitas digital, belum lama ini Telkom menjalin kerja sama strategis salah satunya dengan Microsoft," ucap dia.
Ririek berharap inisiatif ini dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan bisnis Telkom, khususnya di ranah platform digital dan layanan digital. Ririek memgatakan kolaborasi ini mencakup pemanfaatan aset infrastruktur Hyperscale Data Center Telkom untuk mendukung perjalanan transformasi digital Indonesia.
Pada tiga bulan pertama tahun ini, Ririek sampaikan, perseroan telah menggunakan belanja modal sebesar Rp 5,7 triliun atau 16,3 persen dari total pendapatan.
"Belanja modal terutama digunakan untuk memperkuat infrastruktur jaringan dan pendukung untuk meningkatkan kapasitas, baik pada bisnis fixed line maupun mobile demi pengalaman digital terbaik pelanggan," kata Ririek menambahkan.