Sabtu 09 Apr 2022 11:01 WIB

Upaya Badan Pangan Nasional Jaga Stabilitas Inflasi

Badan Pangan Nasional melakukan early warning system terkait harga dan stok pangan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Seorang pedagang sayuran menunggu pelanggan di pasar tradisional di Jakarta, Indonesia, 28 Maret 2022.
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
Seorang pedagang sayuran menunggu pelanggan di pasar tradisional di Jakarta, Indonesia, 28 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) menyatakan, akan untuk terus menjaga inflasi pangan nasional sebagai langkah konkrit wujudkan ketahanan pangan nasional. Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, mengatakan, pihaknya telah melakukan early warning system jika ketersediaan dan stabilisasi harga pangan pada sembilan komoditas pangan yang dikelola NFA berada di bawah batas normal melalui prognosis neraca pangan.

Seperti misalnya pada komoditas bawang merah yang sejak bulan lalu ketersediaan berada di bawah normal dan membuat harga tinggi hingga kenaikan 3,39 persen per minggu atau mencapai Rp 35.395 per kg.

Baca Juga

"Badan Pangan Nasional lakukan pengamanan ketersediaan bawang merah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan, sehingga per 6 April 2022 kemarin pasokan ketersediaan sudah diatas normal hingga surplus mencapai 151 ton, stabilitas harga bawang merah sebesar Rp 24 ribu per kg atau turun 11,11 persen dari hari–hari sebelumnya,” kata Arief dalam keterangan resminya, Jumat (8/4/2022) malam.

Selain itu, ia menegaskan salah satu solusi untuk menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga pangan adalah pemerintah harus memiliki stok yang dikuasai untuk komoditas pangan pokok khususnya yang menjadi kewenangan di Badan Pangan Nasional, sinergi dengan stakeholders terkait.

Contoh lain, ia menambahkan, komoditas beras stok yang dikuasai oleh Bulog posisi sekitar 800 ribu ton, sedangkan untuk stok beras yang aman butuh hingga 1,5 juta ton.

Selain itu, NFA turut mengamankan pasokan jagung dengan memfasilitasi mobilisasi jagung ke peternak kecil dan mandiri sebanyak 456,9 Ton ke Kendal Jawa Tengah dari lokasi sentra Petani jagung di Lombok Timur, Lombok Barat, Sumbawa NTB, dan Semarang Jawa Tengah.

Mengenai komoditas daging, NFA melakukan stabilisasi daging sapi Sinergi dengan Kementerian terkait dan asosiasi terkait untuk membantu mobilisasi sapi hidup sebanyak 235 ekor ke sentra konsumen di Jakarta untuk mengamankan pasokan kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri 2022.

Begitupun minyak goreng, meskipun tidak termasuk dalam 9 komoditas pangan yang dikelola NFA, pihaknya, bersama Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian turut mendorong pelaku usaha pangan diantaranya melalui BUMN Pangan ID FOOD untuk terus lakukan pendistribusian minyak goreng memenuhi kebutuhan masyarakat.

Strategi lainnya sebagai upaya jaga ketahanan pangan, NFA akan menggandeng Kementerian perhubungan mengenai  kelancaran distribusi logistik pangan dari sentra produksi ke daerah konsumen.

“Penting membuka jalur distribusi pangan di daerah tertinggal, terpencil dan terluar/perbatasan, khususnya untuk komoditas pangan pokok yang dalam momentum Lebaran mengalami kenaikan permintaan,” kata dia.

Ke depan, kata Arief, NFA menginginkan agar sembilan komoditas tersebut harus punya cadangan stok pangan. "Karena jika kita sudah memiliki neraca pangan, kita tahu persis ketersediaan dan kebutuhan kita berapa sehingga dapat diperhitungkan stok pangan untuk tiga bulan ke depan,” lelasnya.

Arief menambahkan invasi Rusia - Ukraina memang berdampak pada komoditas pangan global, namun demikian inflasi Indonesia masih terjaga dengan baik.“Pemerintah berkomitmen untuk menjaga inflasi di kisaran 2-5 persen agar tidak memberatkan masyarakat," katanya menambahkan.

Arief melanjutkan, kenaikan harga pangan secara global memang sudah terjadi sebelum satu bulan belakangan ini. Karena itu, solusi yang dilakukan tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus komprehensif dari seluruh pemangku kepentingan di sektor pangan.

Menurutnya, kondisi global saaat ini menjadi kesempatan bagi Indonesa untuk mengoptimalisasikan produksi di dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement