REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan volume trade ekspor sebesar 76,73 persen pada 2021 dibandingkan 2020. Perusahaan berkode saham BBNI itu juga mencatatkan peningkatan volume perdagangan impor kisaran 120,41 persen yoy.
Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan mengatakan akselerasi pertumbuhan kinerja yang dicatatkan perseroan pada 2021 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan volume perdagangan nasional sebesar 41,88 persen digunakan ekspor dan 38,59 persen khusus impor. Perseroan mengupayakan ekspansi kinerja bisnis luar negeri seiring makin kuatnya pemulihan ekonomi global. Sebagai bank milik pemerintah yang mendapat mandat untuk menjadi bank global, BNI terus meningkatkan ekspansi nasabah sekaligus optimalisasi kinerja layanan global banking pada awal tahun ini.
“Pencapaian tersebut turut mendorong kenaikan pendapatan berbasis fee atau fee based income (FBI) perdagangan yang pada 2021 tumbuh sebesar 7,46 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy),” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (8/3/2022).
Menurutnya kinerja perdagangan luar negeri pada awal tahun ini masih tumbuh positif, sehingga mendorong kinerja global banking BNI. Permintaan komoditas serta produk dari Indonesia kian meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi global. Impor dari luar negeri juga tumbuh positif seiring peningkatan produksi dan konsumsi di dalam negeri.
“Kami berharap torehan kinerja yang positif pada tahun lalu dapat tetap berlanjut tahun ini. Lagi pula tren perdagangan luar negeri di awal tahun ini masih sangat positif,” kata Henry.
Henry menuturkan upaya ekspansi nasabah tahun ini pun dilakukan dengan menggandeng banyak platform digital yang mempertemukan pelaku industri kreatif UKM di Indonesia dan pembeli dari luar negeri. Adanya kerja sama ini, BNI berharap lebih banyak lagi pelaku UMKM mendapat kesempatan untuk ekspor produknya ke luar negeri
“Tidak hanya untuk meningkatkan kinerja transaksi, tetapi kami juga mencari peluang untuk pembiayaan termasuk diaspora Indonesia di luar negeri,” ucapnya.
Menurutnya BNI melihat dampak ekonomi dari Konflik Rusia-Ukraina relatif minim terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun lalu, ekspor Indonesia ke Rusia sebesar 1,49 miliar dolar AS atau hanya 0,65 persen dari total ekspor Indonesia.
Adapun ekspor Indonesia ke Ukraina sebesar 416,9 juta dolar AS atau hanya 0,18 persen dari total ekspor Indonesia. Namun, BNI terus memperhatikan dampak konflik ini terhadap kenaikan harga minyak dunia, yang akhirnya berdampak kenaikan inflasi di Indonesia.
Hal ini tentunya berpotensi mempercepat peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia. Kendati demikian, kami berharap kenaikan harga komoditas ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih kuat di dalam negeri.
“Kami pun berharap konflik akan segera berakhir, demi memberikan kepastian dalam berbisnis, dan menjadikan iklim berinvestasi semakin membaik, sehingga berdampak positif pada perekonomian. Hal ini tentunya akan berdampak baik bagi banyak sektor ekonomi di Indonesia yang saat ini tengah cukup baik melewati masa pemulihan ekonomi,” paparnya.