REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah mengungkapkan pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 lebih cepat dibandingkan krisis moneter 1997-1998.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan saat krisis moneter membutuhkan waktu bertahun-bertahun untuk mengembalikan beberapa indikator ekonomi. "Pandemi ini kita pulihnya jauh lebih cepat dibandingkan waktu Asian financial crisis," ujar Sri Mulyani saat webinar BRI Microfinance Outlook 2022, Kamis (10/2/2022).
Sri Mulyani mencontohkan saat krisis 1997-1998 sektor manufaktur mengalami kontraksi mendalam, bahkan membutuhkan waktu selama tujuh tahun agar kembali pulih. "Sekarang ini hanya dibutuhkan lima kuartal, bukan lima tahun. Kemampuan kita sekarang pulih cukup baik," ucapnya.
Kendati demikian, Sri Mulyani mengakui Indonesia membutuhkan utang saat pandemi Covid-19 untuk menjaga ekonomi dari hantaman pandemi. "Indonesia tambah 10,8 persen defisitnya. Apakah ini besar? Ini besar untuk kita karena debt to GDP ratio mendekati 40 persen," ucapnya.
Sri Mulyani membandingkan posisi kenaikan utang Indonesia masih cukup baik. Tercatat defisit Singapura naik 13 persen, Saudi 14 persen, Afrika Selatan 19 persen, Brasil 19 persen dan India 24 persen dalam waktu dua tahun.
"Tapi dibanding negara lain yang defisit lebar lebih di atas 10 persen, maka kita sadari Indonesia tidak satu-satunya yang melakukan countercyclical," ucapnya.