REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI) meminta pemerintah agar mempersiapkan dengan matang kecukupan subsidi untuk minyak goreng. Pasalnya, volume permintaan domestik maupun ekspor bakal melonjak tinggi. Disamping itu, harga dipastikan mengalami lonjakan signifikan.
Ketua AIMMI Adi Wisoko mengatakan, momen Ramadhan akan tiba pada April-Mei mendatang atau kurang dari tiga bulan lagi. Selama Ramadhan, Adi menuturkan, konsumsi masyarakat akan mengalami peningkatan dan mengangkat permintaan terhadap minyak goreng.
"Keperluan minyak goreng akan luar biasa, dan ini perlu dari sekarang kita pikirkan. Karena bila terlambat saya tidak tahu akan seperti apa kenaikan harga," kata Adi dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi VI DPR, Rabu (19/1/2022).
Saat ini, pemerintah menerapkan kebijakan satu harga minyak goreng Rp 14 ribu per liter untuk seluruh jenis kemasan di seluruh wilayah Indonesia. Adapun harga keekonomian minyak goreng berada di kisaran Rp 17 ribu sehingga pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 3.000 per liter. Total anggaran subsidi yang diberikan pemerintah Rp 7,6 triliun untuk 1,5 miliar liter minyak goreng selama enam bulan ke depan.
"Meskipun harga sudah ditetapkan Rp 14 ribu per liter, apakah itu bisa menjangkau konsumsi yang tinggi pada bulan-bulan itu? Ditambah lagi ada ekstra pembelian dari internasional," kata Adi.
Ia menekankan, permintaan dari negara-negara Muslim terhadap minyak goreng ke Indonesia akan meningkat lebih banyak. Karenanya, segala antisipasi harus disiapkan sejak dini. "Ini fakta dari pengalaman kami yang sudah mengamati," ujarnya.