Jumat 17 Dec 2021 10:47 WIB

Tinggalkan London, Emiten Asing Lirik IPO di Amsterdan dan Stockholm

Pada tahun ini, IPO di bursa saham Inggris menghimpun dana hingga 22 miliar dolar AS.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Lansekap kota London, Inggris (ilustrasi). Saat ini, Kota London bukan lagi menjadi tujuan emiten-emiten di Eropa untuk melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).
Foto: EPA
Lansekap kota London, Inggris (ilustrasi). Saat ini, Kota London bukan lagi menjadi tujuan emiten-emiten di Eropa untuk melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Emiten asing mulai meninggalkan London dan beralih ke Amsterdam dan Stockholm untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO). Meski masih menjadi IPO tertinggi di Eropa, porsi emiten asing mulai menyusut di London. 

Pada tahun ini, IPO di Inggris menghimpun dana hingga 22 miliar dolar AS disusul Stockholm sebesar 14 miliar dolar AS dan Amsterdam 12,5 miliar dolar AS. Jumlah IPO di Sfockholm dan Amsterdam meningkat signifikan tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 

Baca Juga

Saat ini, Inggris bukan lagi tujuan emiten-emiten di Eropa untuk IPO. Kota Belanda juga merupakan ibu kota dengan banyak perusahaan camgkang atau cek kosong. Sementara London jauh tertinggal dalam tren ini.

"Pra-Brexit, London adalah tujuan pencatatan di Eropa, tetapi beberapa orang mungkin berpendapat bahwa itu tidak lagi terjadi, pesaing mulai menyusul," kata kepala pasar modal ekuitas Eropa Duncan Smith dikutip Bloomberg, Kamis (16/12). 

Tingginya IPO di Inggris pada tahun ini sebagian besar berkat emiten domestik. Beberapa perusahaan domestik itu antara lain perusajaan pembuat sepatu Dr Martens Plc, operator pasar online Auction Technology Group Plc, perusahaan pengurutan DNA Oxford Nanopore Technologies Plc dan perusahaan ekuitas swasta Bridgepoint Group Plc.

IPO di London turun pamor lantaran aktivitas dan transaksi pasarnya kurang bergairah. Startup pengiriman makanan Deliveroo Plc mengguncang pasar dengan salah satu debut terburuk di Inggris pada Maret, diikuti performa mengecewakan perusahaan semikonduktor Alphawave IP Group Plc pada Mei. Pengecer online THG Plc bahkan diperdagangkan 74 persen di bawah harga IPO pada September 2020.

Namun, Inggris tetap bekerja keras untuk mempertahankan dominasinya. Inggris mengeluarkan sejumlah aturan pencatatan terbaru, salah satunya dengan menurunkan jumlah minimum yang harus dimiliki pendiri saham dalam IPO.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement