Jumat 03 Dec 2021 08:27 WIB

Penerapan Industri Hijau Pupuk Kaltim Diapresiasi

PKT meraih penghargaan Industri Hijau ke-9 dari Kementerian Perindustrian.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Pabrik pupuk. PT Pupuk Kalimantan Timur atau PKT meraih penghargaan Industri Hijau ke-9 dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) atas komitmen penerapan prinsip industri hijau dalam proses produksi dan aktivitas bisnis perusahaan.
Foto:

Ahmad menyampaikan sejumlah inovasi yang dikembangkan PKT terkait implementasi industri hijau diantaranya penambahan LP Amonia Absorber di Unit Pabrik-4, yang berdampak pada efisiensi energi dan penurunan emisi GRK, di samping penghematan gas alam dalam memproduksi amoniak. Sementara untuk efisiensi air, PKT memiliki inovasi Raw Condensate (RC) dalam siklus regenerasi unit Mixbed Polisher untuk menurunkan losses air melalui penerapan prinsip 4R. Inovasi ini mampu meningkatkan hasil produksi dengan penggunaan energi, air dan material lainnya yang tetap efisien. 

"Nilai efisiensi perusahaan mampu tercapai dari setiap inovasi yang digagas, mulai efektivitas proses produksi, peningkatan performa perangkat pabrik, hingga jasa pelayanan dan perbaikan. Jika dirupiahkan, seluruh tools tersebut menghasilkan penghematan hingga miliaran rupiah," tambah Ahmad.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan penghargaan ini bentuk apresiasi Kemenperin bagi perusahaan yang telah mewujudkan serta berkomitmen menerapkan prinsip industri hijau secara konsisten dan berkelanjutan. Hal ini melihat semakin tingginya minat dan semangat pelaku usaha, untuk menghadirkan industri yang lebih bertanggungjawab terhadap kehidupan manusia dan kelestarian alam. 

Agus mengimbau para pelaku industri tanah air mampu mengatasi berbagai tantangan pertumbuhan industri hijau, salah satunya Research and Development (RnD) yang diharapkan teraplikasi optimal di multi sektor.

Agus menyebut teknologi kekinian juga menjadi syarat utama yang dibutuhkan industri nasional karena tak dipungkiri masih banyak industri yang masih menggunakan teknologi lama dan cenderung tidak efisien, sehingga menghasilkan limbah maupun polusi yang cukup tinggi. Selain itu, lanjut Agus, shifting peralatan pabrikasi yang hijau dan efisien juga membutuhkan biaya tinggi sehingga pertumbuhan SDM yang highly qualified and high experience sangat penting untuk menghadapi tantangan industri hijau di Indonesia. 

"Hal ini harus menjadi perhatian bersama agar implementasi industri hijau bisa meningkatkan nilai tambah bagi perkembangan industri dan perekonomian nasional," kata Agus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement