Rabu 08 May 2024 19:13 WIB

BI Ingin Kurs di Bawah Rp 16 Ribu, Ini Kuncinya

Ada empat faktor mengapa kurs tersebut akan lebih membaik.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) berfoto sebelum memberikan update perkembangan ekonomi terkini dalam Taklimat Media di Gedung BI, Rabu (7/5/2024).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) berfoto sebelum memberikan update perkembangan ekonomi terkini dalam Taklimat Media di Gedung BI, Rabu (7/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa pihaknya sedang mengupayakan untuk menurunkan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di bawah Rp 16 ribu.

“Nilai tukar rupiah waktu kita mengambil keputusan kebijakan moneter, RDG (Rapat Dewan Gubernur bulan April 2024), itu kan sekitar Rp 16.300an, sekarang sekitar Rp 16 ribuan, dan kita sedang upayakan akan turun di bawah Rp16 ribu,” ujarnya dalam Taklimat Media dengan topik “Perkembangan Ekonomi Terkini” di Gedung Thamrin, Jakarta, Rabu (8/5/2024).

Baca Juga

Dia meyakini upaya nilai tukar rupiah akan terus menguat sesuai fundamental. Ada empat faktor mengapa kurs tersebut akan lebih membaik dan lebih stabil.

Pertama adalah imbal hasil (yield differential) yang menarik karena kenaikan BI-Rate dan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Kedua yaitu premi risiko yang menurun karena Credit Default Swap (CDS) 5 tahun Indonesia per 7 Mei 2024 mengalami penurunan menjadi 69,9 dari sebelumnya di atas 70.

“CDS itu apa sih? Itu ukuran premi risiko yang dipakai oleh para investor asing untuk membandingkan berinvestasi di US Treasury, obligasi Amerika, dengan obligasi atau sekuritas di dalam negeri,” ungkap dia.

Adapun faktor tiga adalah prospek ekonomi Indonesia yang lebih baik, dan terakhir yaitu komitmen BI menstabilkan nilai tukar rupiah. "Nilai tukar ini kami sedang upayakan agar turun di bawah Rp16 ribu,” tegas Perry.

Dia turut melaporkan bahwa terjadi aliran modal asing ke SRBI sebesar Rp 19,77 triliun semenjak Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI terakhir pada 22-23 April 2024. Hal ini membuat suplai dolar AS bertambah, meningkatkan kepercayaan investor dan pasar semakin kuat, sehingga memperkuat nilai tukar rupiah.

Secara lebih detail, terjadi aliran masuk modal asing ke SRBI sebesar Rp 16,19 triliun pada pekan pertama dan Rp 3,58 triliun pada pekan kedua bulan Mei 2024.

Untuk Surat Berharga Nasional (SBN), terjadi inflow sebesar Rp 8,1 triliun yang terdiri dari Rp 5,74 triliun pada pekan pertama dan Rp 2,36 triliun pekan kedua bulan Mei 2024.

Adapun saham masih terjadi outflow sebesar Rp 5,03 triliun pada pekan pertama dan kedua bulan Mei 2024. Namun, dia meyakini saham akan lebih baik seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih bagus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement