Jumat 12 Nov 2021 17:00 WIB

Harga Telur Mulai Naik, Peternak: Tetap Rugi

Kenaikan harga telur belum dapat menutup biaya produksi oleh peternak.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Peternak memanen telur di kawasan Kalimulya, Depok, Jawa Barat, Rabu (13/10). Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, sejak awal November, harga telur berangsur naik ke level kisaran Rp 24 ribu per kilogram.
Foto:

Sebagai langkah stabilisasi harga telur ayam di tingkat peternak yang sempat anjlok, Kementerian Pertanian melakukan penyerapan satu juta butir telur ayam ras dari peternak. Upaya penyerapan langsung telur dari pemerintah merupakan langkah jangka pendek lantaran situasi yang mendesak.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Nasrullah, mengatakan, penyerapan satu juta butir telur setara dengan 62,5 ton. Telur tersebut diserap dari para UMKM yang berada di sentra telur wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Lampung.

Pasokan telur yang diserap Kementan dibeli dengan harga Rp 19 ribu per kg dari berbagai sentra produksi. Adapun hasil penyerapan tersebut bukan untuk dijual, namun diberikan kepada para aparatur sipil Kementan, yayasan, panti asuhan, serta bebagai pihak yang membutuhkan.

photo
Kementan Serap Satu Juta Telur Ayam Peternak UMKM di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Senin (1/11/2021). - (Kementan RI)

"Kita (Kementan) ambil 1 juta butir, ini langkah yang tidak mudah. Yang penting jangan ada masalah terutama masalah keuangan. Sepanjang itu tidak masuk ke 'kantongmu', lakukan yang bisa dilakukan" kata Menteri Pertanian, Syahrul di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Senin (1/11).

Ia pun memastikan, penurunan harga yang terjadi beberapa waktu terakhir murni karena permintaan masyarakat yang turun secara drastis. Pasalnya, tingkat produksi telur saat ini, menurut Syahrul, masih dalam kondisi normal seperti sebelum masa pandemi.

"Perencanaan kita tahun 2021 sebanyak 5,52 juta ton produksi telur, yang dikonsumsi 5,48 juta ton. Memang ada kelebihan, tapi ini normal. Tapi harga turun karena daya beli yang lemah karena Covid-19 sudah dua tahun," kata Syahrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement