REPUBLIKA.CO.ID, Dedy Darmawan Nasution
JAKARTA -- Harga telur ayam di tingkat peternak mulai mengalami kenaikan hingga dalam rentang acuan harga pemerintah sebesar Rp 19 ribu-Rp 21 ribu per kilogram (kg). Kendati harga mulai normal sesuai acuan, peternak ayam petelur mengaku harga tersebut masih di bawah biaya produksi secara riil.
Peternak ayam petelur di Blitar, Jawa Timur, Rofi Yasifun mengungkapkan, harga telur pada tingkat peternak di kisaran Rp 20.000-Rp 20.500 per kg. Menurutnya, harga telur dalam sepekan terakhir masih fluktuatif.
"Satu minggu ke belakang harga sudah bisa naik, namun dua hari ini turun melandai lagi. (Harga saat ini) masih minus," kata Rofi kepada Republika.co.id, Jumat (12/11).
Ia mengatakan, biaya produksi saat ini sudah tinggi terutama akibat harga pakan yang menyentuh lebih dari Rp 6.000 per kg. Menurutnya, dengan situasi saat ini, biaya produksi telur ayam secara riil sudah tembus berkisar Rp 22.500 per kg-Rp 23.500 per kg.
Adapun soal permintaan, ia mengakui serapan pasar belum begitu tinggi. Kenaikan permintaan telur sempat naik hanya karena ada permintaan dari program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang digulirkan pemerintah.
Sementara itu, Presiden Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi mengatakan hal senada. Hingga Kamis (11/11) harga telur ayam dari peternak Blitar menyentuh hingga Rp 21 ribu per kg, atau batas atas dari acuan pemerintah. Namun, belum dapat memberikan keuntungan.
"Harga acuan pemerintah sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Biaya produksi naik luar biasa," kata dia.
Ia memaparkan, harga komponen pakan unggas meat and bone meal (MBM) saat ini tembus Rp 9.000 per kg-Rp 9.500 per kg. Soybean meal (SBM) dihargai Rp 7.900 per kg-Rp 8.000 per kg, jagung Rp 5.700 per kg-Rp 5.900 per kg, hingga katul Rp 4.600 per kg.
"Kalau berdasarkan harga komponen itu, harga telur tidak terelakkan harus stabil di angka Rp 24.000 di peternak dan Rp 30.000 per kg di konsumen," kata dia.