REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatat restrukturisasi kredit sebesar Rp 175,2 triliun pada semester satu 2021. Adapun realisasi ini turun dari puncak restrukturisasi kredit perseroan akibat pandemi sebesar Rp 231 triliun.
Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengatakan perseroan telah terbebas dari 20 persen restrukturisasi kredit per pertengahan tahun ini. "Sebagian besar itu karena sudah banyak yang mampu melakukan pembayaran, ada juga yang memperpanjang restrukturisasi, dan ada juga yang sebagian kecil kami downgrade," ujarnya saat konferensi pers virtual, Jumat (6/8).
Agus menuturkan saat ini kondisi ekonomi sudah mulai membaik dan perseroan optimistis lebih banyak lagi debitur yang memiliki kinerja usaha membaik. "Kami terus bisa turunkan lagi secara lebih agresif seiring dengan pemulihan ekonomi," katanya.
Perseroan pun mampu menjaga rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) secara baik. Tercatat NPL pada akhir kuartal dua 2021 sebesar 3,30 persen dengan NPL Coverage mencapai 254,84 persen.
“Keberhasilan BRI menjaga NPL tak lepas dari kian landainya tren restrukturisasi kredit terdampak Covid. Per akhir Juni 2021 tercatat outstanding kredit restrukturisasi turun sebesar Rp 56,3 triliun dari total akumulasi kredit restrukturisasi,” ucapnya.