Selasa 27 Jul 2021 17:11 WIB

Himbara: Masa Depan Layanan Bank Didominasi Digital

Bank-bank milik negara mulai mengurangi jumlah kantor operasional.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Petugas teller melayani nasabah yang melakukan penukaran uang (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Petugas teller melayani nasabah yang melakukan penukaran uang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) menilai tren pergeseran penggunaan transaksi digital semakin meluas. Hal ini turut mengubah perilaku para nasabah bertransaksi layanan perbankan.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Aestika Oryza Gunarto mengatakan secara alami adanya digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat menyebabkan keberadaan dan fungsi kantor cabang bank konvensional akan berkurang. 

“Pandemi yang terjadi menjadi akselerator digitalisasi tersebut, sehingga mempercepat proses yang ada,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (27/7).

BRI mencatat per Maret 2021 jumlah outlet konvensional BRI sebanyak 9.241 kantor atau berkurang sebesar 341 dibandingkan dengan jumlah outlet konvensional BRI pada Maret 2020 sebanyak 9.582 kantor. Tercatat sebanyak 341 outlet konvensional terdiri atas kantor cabang pembantu, BRI unit, kantor kas, teras BRI dan teras keliling. 

Sedangkan outlet ATM dan CRM, sebanyak 22.689 unit. Angka ini sedikit meningkat apabila dibandingkan posisi Maret 2020 sebanyak 22.476 unit.

“Peralihan gaya bertransaksi masyarakat terlihat dari pertumbuhan transaksi internet banking yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi ATM,” ucapnya.

Per Maret 2021 transaksi internet banking BRI tumbuh 162,3 persen yoy, sedangkan transaksi pada mesin ATM BRI hanya tumbuh 9,1 persen yoy. Ke depan BRI akan terus fokus dalam menjalankan transformasi digital, dengan fokus pada area bisnis, transaksi, ekosistem dan internal process. 

“Pengembangan jaringan BRI akan difokuskan pada Agen BRILink , yang pada akhir Juni 2021 sebanyak 465 ribu orang dengan transaksi mencapai Rp 414 triliun,” ucapnya.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyatakan masa pandemi telah menyebabkan banyak aktivitas dilakukan terbatas, termasuk dengan maraknya work from home. Adapun kondisi tersebut membuat transaksi digital semakin tumbuh karena kecenderungan nasabah yang menginginkan transaksi secara online. 

“Pandemi telah mendorong kami untuk mempercepat transformasi layanan digital kami. Ini tentunya tidak terlepas dari komposisi transaksi sekitar 98 persen sudah dilakukan melalui kanal-kanal elektronik kami, dan hanya dua persen transaksi yang masih dilakukan melalui cabang,” ujar Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom.

Menurutnya ATM masih menjadi kanal elektronik paling banyak digunakan oleh nasabah BNI, komposisinya sekitar 40 persen dari total transaksi. Setelah ATM, pengguna BNI Mobile Banking berada pada urutan kedua terbanyak. 

“Namun, memang dari segi nominal transaksinya, transaksi di ATM hampir sama dengan mobile banking. Kami meyakini, tidak akan lama lagi, mobile banking akan mendominasi karena sesuai dengan pemenuhan kebutuhan transaksi nasabah yang ingin semakin praktis dan nyaman,” ucapnya.

Mucharom menyebut arah layanan perseroan semakin digital ini sangat positif dan menjanjikan pertumbuhan ke depan. Sebab, dari 62 juta sampai 63 juta nasabah sekitar sembilan juta yang telah melakukan transaksi melalui mobile banking, sehingga ruang pertumbuhannya masih sangat lebar.  

“Saat ini, kami memiliki tiga layanan digital yang menjadi digital champion BNI yaitu, BNI Mobile Banking, BNI Direct, dan BNI Open API. Ini membuat BNI sangat lengkap, karena digitalisasi yang kami lakukan bukan hanya menyasar segmen consumer dan UKM, melainkan juga untuk korporasi,” ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement