Kamis 08 Jul 2021 00:27 WIB

Bulog Kawal Harga Beras di Tengah Musim Panen

Insya Allah pemerintah tahun ini tidak perlu impor beras.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Agus Yulianto
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kiri) berbincang bersama Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita (kanan).
Foto: Prayogi/Republika.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kiri) berbincang bersama Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog menyatakan, masih terus melakukan penyerapan beras hasil panen petani dalam negeri. Penyerapan ini sebagai upaya mempertahankan ketersediaan stok cadangan beras Pemerintah sekaligus mencermati munculnya isu penurunan harga beras di sejumlah daerah.

“Sebagai perpanjangtanganan tangan pemerintah, Bulog konsisten menyerap beras petani sebagai upaya stabilisasi harga beras di hulu,” kata Direktr utama Perum Bulog, Budi Waseso, dalam Siaran Pers, diterima Republika.co.id, Rabu (7/7).

Menurut dia, penyerapan ini juga, membantu menggerakkan perekonomian di tingkat petani. Sehingga, hal itu dapat mempercepat upaya pemulihan roda perekonomian sesuai dengan arahan Bapak Presiden selama berlansungnya pandemi Covid-19 ini

Dia menjelaskan, dari hasil penyerapan yang dilakukan Bulog, stok cadangan beras pemerintah masih terus terjaga dengan baik. Yaitu sebanyak 1,4 juta ton yang juga merupakan batas aman sesuai penugasan pemerintah yaitu sebanyak 1 juta ton hingga 1,5 juta ton beras.

“Jumlah tersebut juga akan semakin bertambah mengingat masih ada sisa hasil panen sebelumnya di beberapa daerah," katanya. 

"Belum lagi nanti ,akan disusul dengan panen gadu beberapa bulan ke depan. Ini berarti pemerintah tidak perlu terburu-buru melakukan impor beras, karena cadangan beras dari hasil panen dalam negeri yang melimpah,” katanya lagi.

Kendati demikian, Budi mengakui, di tengah upaya penyerapan tersebut muncul isu tentang penurunan harga gabah dan beras. Hal ini, sebagai akibat melimpahnya pasokan gabah dan beras dari hasil panen sebelumnya yang masih terus berlangsung.

“Memang saya mendapatkan laporan tentang penurunan harga gabah dan beras yang katanya akibat impor beras. Sebetulnya tidak demikian, tetapi lebih karena melimpahnya hasil panen dan akan semakin bertambah karena akan berlanjut dengan panen gadu nanti. Jadi bukan karena impor dan Insya Allah pemerintah tahun ini tidak perlu impor beras,” katanya.

Lebih jauh Budi memastikan, penyerapan beras petani di tengah isu penurunan harga gabah dan beras akan tetap dilaksanakan oleh Bulog sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Sehingga diharapkan, harga gabah dan beras di tingkat petani tetap terjaga.

Sampai dengan tanggal 5 Juli 2021, Bulog sudah menyerap sebanyak 750 ribu beras petani dalam negeri. Di samping itu Bulog sendiri memiliki gudang sebanyak 1.647 unit dengan kapasitas sebanyak empat juta ton yang tersebar di seluruh Indonesia.

Selanjutnya, selama masa PPKM Darurat ini, Bulog juga memastikan mampu menghadapi kebutuhan lonjakan beras yang tak terduga. Sekaligus, meminta seluruh jajaran Bulog mewaspadai lonjakan tersebut sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terkait akan kebutuhan beras.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement