Rabu 02 Jun 2021 15:45 WIB

Peneliti BATAN: Nuklir Jadi Opsi Terakhir Sumber Energi

Aspek keamanan dan ketersediaan bahan menjadi pertimbangan penggunaan nuklir.

Pembangkit listrik tenaga nuklir/PLTN (ilustrasi)
Foto: EPA/Laurent Dubrule
Pembangkit listrik tenaga nuklir/PLTN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Muhammad Subekti mengatakan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) masih menjadi opsi terakhir dalam pemanfaatan sumber energi. Hal ini karena pertimbangan aspek seperti keamanan dan ketersediaan bahan.

Dalam diskusi virtual tentang energi nuklir yang diadakan oleh Yayasan Indonesia Cerah dan IEEFA pada Rabu (2/6), Subekti mengatakan tersedianya sumber energi fosil dan berkembangnya energi baru terbarukan seperti sel surya dan biomassa juga mempengaruhi posisi nuklir sebagai pilihan sumber energi di Indonesia.

Baca Juga

"Tentu kita paham bagaimana posisi nuklir di posisi terakhir. Banyak faktor yang diketahui, banyak fakta yang dijelaskan dari sisi harga, keandalan, kemudian faktor teknis yang belum bisa tertangani, faktor sensitif seperti keselamatan, juga faktor pendukung lainnya seperti bahan bakar dari mana," katanya.

Subekti menjelaskan bahwa penggunaan istilah pilihan terakhir memperhitungkan kondisi pada masa depan, ketika sumber energi lain berkurang sedangkan kebutuhan akan listrik meningkat. Dalam kondisi yang demikian,pakar bidang termohidrolika reaktor dan simulator PLTN itu mengatakan, nuklir bisa menjadi opsi sumber energi.

"Bukan menutup nuklir, tapi memberikan pilihan terakhir bila sumber-sumber yang lain ada yang berkurang atau bahkan hilang itu menjadi problem nasional, misalnya batu bara dan gas," katanya.

Indonesia saat ini memiliki tiga reaktor nuklir yang berada di bawah pengawasan BATAN . Reaktor itu dan digunakan untuk kepentingan riset dan pemanfaatan non-energi. Reaktor itu adalah Reaktor Triga 2000 di Bandung,  Kartini di Yogyakarta dan Reaktor Serbaguna G.A. Siwabessy di Serpong, Banten.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement