REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi jagung tahun 2021 bisa mencapai 22,5 juta ton. Jumlah itu dinilai sangat cukup untuk kebutuhan industri pakan unggas dalam negeri.
Kepala Subdirektorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Muhammad Gazali, mengatakan, target produksi itu dikejar dengan target luas tanam 4,2 juta hektare (ha), luas panen 4,1 juta ha, serta produktivitas 5,4 juta ton.
"Namun, jagung diproduksi pada waktu-waktu tertentu dan hanya terpusat di beberapa provinsi," kata Gazali dalam webinar Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi, Selasa (20/4).
Gazali mengatakan, provinsi yang menjadi sentra jagung hanya berada di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Gorontalo, serta Nusa Tenggara Barat. Adapun waktu puncak produksi berada pada periode Januari-April.
Lantaran pusat produksi dan waktu produksi yang terpusat, perlu ada pengembangan sentra-sentra baru. Hal itu dinilai menjadi satu-satunya cara agar ada manajamen stok dan suplai yang lebih memadai. Pasalnya, kebutuhan jagung terus sepanjang tahun.
Gazali mengatakan, untuk mencapai target itu, Kementan menargetkan penanaman jagung per bulan minimal 300 ribu per hektare. Selain dengan terus melakukan penambahan area penanaman serta berbagai insentif bagi petani untuk mendorong penanaman.
Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Makmun, mengatakan, perkiraan kebutuhan jagung untuk pakan pada tahun 2021 mencapai 10,76 juta ton. Itu terdiri dari industri pakan unggas sebesar 7,04 juta ton serta peternak unggas mandiri 3,71 juta ton.
"Kalau produksi bisa 22,5 juta ton, artinya untuk industri pakan seharusnya cukup, tidak ada masalah. Tapi kalau penggunaan diluar untuk pakan lebih besar, berarti beda lagi," kata Makmun.