REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perusahaan investasi, JPMorgan Chase & Co menjual obligasi senilai 13 miliar dolar AS atau setara Rp 189,8 triliun (kurs Rp 14.600 per dolar AS). Ini merupakan penjualan obligasi terbesar yang pernah dilakukan oleh sebuah bank untuk mengambil keuntungan dari beberapa biaya pinjaman termurah dalam beberapa tahun.
Seperti dilansir dari laman Bloomberg, Jumat (16/4) penjualan obligasi juga bertujuan untuk meningkatkan modalnya setelah Federal Reserve membiarkan langkah-langkah bantuan pandemi berlalu. Kesepakatan itu mengikuti kuartal terbaik bank yang pernah ada, menghantam pasar karena peminjam korporat terus melihat permintaan besar untuk utang yang memberikan premi yang layak dibandingkan Treasury.
Selama masa penawaran awal (bookbuilding), total penawaran yang masuk mencapai 26 miliar dolar AS, sehingga memungkinkan JPMorgan untuk memangkas bunga utang dari spread yang relatif tinggi yang awalnya ditawarkan.
Penawaran jumbo mungkin terkait dengan perubahan baru-baru ini dalam keringanan peraturan bank. "Kami memiliki pengungkit untuk mengelola likuiditas,” kata Chief Financial Officer Jennifer Piepszak
JPMorgan berhasil meraup 22 miliar dolar AS di pasar obligasi pada tahun ini, lebih banyak daripada bank besar AS lainnya. “Bank akan selalu menjadi penerbit obligasi yang kuat, yang memberikan peluang tertentu untuk memasuki pasar terutama ketika pendanaan masih sangat murah,” kata Jesse Rosenthal, seorang analis senior di CreditSights.
Menurutnya porsi terpanjang dari lima bagian penawaran akan menghasilkan 107 basis poin di atas Treasury. Penjualan obligasi terbesar sebelumnya oleh bank juga berasal dari JPMorgan, dengan total penawaran 10 miliar dolar AS pada April 2020.