REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan nilai ekspor produk kelapa sawit tembus 50 miliar dolar AS pada 2024 mendatang. Upaya hilirisasi produk akan digenjot agar peningkatan nilai ekspor bisa dicapai.
Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Heru Tri Widodo, mengatakan, saat ini total luas lahan sawit sudah meningkat menjadi 16,38 juta hektare di seluruh Indonesia.
Seiring dengan modal luasan perkebunan sawit, produksi untuk ekspor beserta nilainya diharapkan terus mengalami kenaikan. Sawit juga menjadi komoditas andalan ekspor perkebunan dari total empat komoditas yang diproduksi di Indonesia.
"Harus ada nilai tambah dan itu perlu hilirisasi," kata Heru dalam webinar Peranan Kelapa Sawit dalam Pengentasan Kemiskinan dan Mewujudkan Gratieks yang digelar Forum Wartawan Pertanian, Rabu (31/3).
Tahun 2020 lalu, capaian nilai ekspor produk sawit mencapai 16,3 miliar dolar AS. Tahun ini ditargetkan naik menjadi 19,6 miliar dolar AS. Adapun mulai 2021 hingga 2024 target ekspor sawit masing-masing sebesar 26,5 miliar dolar AS, 38,43 miliar dolar AS, dan 50,73 miliar dolar AS.
Heru mengatakan, selain hilirisasi produk sawit, upaya peremajaan perkebunan sawit rakyat juga menjadi keharusan bagi pemerintah, industri, dan petani. Kurun waktu 2020-2022 total luasan peremajaan sawit ditarget mencapai 540 ribu hektare dengan setiap tahunnya seluas 180 ribu hektare.
Namun, Heru mengakui pada 2020 lalu capaian peremajaan belum mencapai target. Total kebun sawit yang diremajakan hanya mencapai 92 ribu hektare atau sekitar 51,5 persen dari target.
"Tantangan pelaksanaannya seperti soal legalitas lahan, pekebun, pemerintaan kelembagaan pekebun, serta pandemi Covid-19. Tapi kami berharap target hingga 2020 bisa tercapai," ujarnya.