REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan Google, Temasek dan Bain & Company terbaru menyebutkan, potensi ekonomi digital di Indonesia sangat besar dengan proyeksi pertumbuhan hingga tiga kali lipat pada 2025. Nilainya mencapai 124 miliar dolar AS dibandingkan tahun ini yang sekitar 44 dolar AS, atau terjadi pertumbuhan 23 persen selama periode lima tahun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, potensi tersebut akan direalisasikan pemerintah melalui pembangunan infrastruktur, termasuk untuk bidang Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) yang merata di berbagai daerah di Indonesia. "Sehingga tidak ada lagi istilah terluar, terpinggirkan atau tertinggal," tuturnya dalam Indonesia Fintech Summit 2020 secara virtual, Rabu (11/11).
Sri menambahkan, riset dari World Economic Forum (WEF) menggambarkan, potensi Indonesia di bidang ekonomi digital hanya dapat dijadikan kenyataan apabila bisa menangani empat isu. Salah satunya, infrastruktur ITK.
Pembangunan infrastruktur TIK harus terhambat pada tahun ini seiring dengan refocusing dan realokasi anggaran ke penanganan pandemi Covid-19. Tapi, Sri menekankan, akselerasi akan dilakukan pada tahun depan. Alokasi anggarannya mencapai Rp 413 triliun untuk infrastruktur, plus khusus TIK sebesar Rp 30 triliun.
Total anggaran itu termasuk ditujukan untuk membangun base transmission station di lebih dari 5 ribu desa dan membangun jaringan internet di lebih dari 12 ribu lokasi layanan publik. Pemerintah juga membangun pusat data nasional sekaligus memperbaharui data-data penerima bantuan sosial. Digitalisasi di sektor pendidikan serta kesehatan juga dilakukan.
Sri mengatakan, masa pandemi Covid-19 bisa dilihat sebagai sebuah kesempatan untuk mendorong pengembangan ekonomi digital. "Sebab, dengan adanya Covid, kita dipaksa pindah ke digital," ucapnya.
Laporan Google, Temasek dan Bain & Company bertajuk e-Conomy South East Asian (SEA) 2020 selaras dengan pernyataan Sri. Laporan yang baru dirilis ini menyebutkan, sebanyak 37 persen masyarakat yang menggunakan layanan digital merupakan pengguna baru. Mereka harus beralih ke digital seiring dengan kebijakan pembatasan sosial. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan rata-rata di Asia Tenggara, yaitu 36 persen.
Dari berbagai sektor, niaga elektronik (e-commerce) menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia dengan pertumbuhan 54 persen secara tahunan, dari 21 miliar dolar AS pada 2019 menjadi 32 miliar dolar AS di tahun ini. Pertumbuhan signifikan tersebut mampu menutupi kontraksi 68 persen dalam pertumbuhan perjalanan online, menjadi 3 miliar dolar AS.