Kamis 06 Nov 2025 12:20 WIB

Proyek Biomethane PGN Kurangi Emisi 200 Ribu Ton CO2 per Tahun

PGN manfaatkan limbah sawit menjadi energi terbarukan guna dukung transisi.

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Gita Amanda
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menegaskan komitmennya terhadap pengembangan energi bersih melalui proyek Biomethane di Pagardewa, Sumatera Selatan (Sumsel).
Foto: Pertamina
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menegaskan komitmennya terhadap pengembangan energi bersih melalui proyek Biomethane di Pagardewa, Sumatera Selatan (Sumsel).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menegaskan komitmennya terhadap pengembangan energi bersih melalui proyek Biomethane di Pagardewa, Sumatera Selatan (Sumsel). Proyek ini berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga lebih dari 200 ribu ton CO2 per tahun, menjadikannya salah satu langkah konkret perusahaan dalam mendukung agenda dekarbonisasi nasional.

PGN mencatat, pengurangan emisi tersebut berasal dari dua sumber utama, yakni methane capture dari limbah pabrik kelapa sawit sebesar 204.867 ton CO2e per tahun dan konversi bahan bakar sebesar 29.688 ton CO2e per tahun. Inisiatif ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk memperluas portofolio energi terbarukan dan memperkuat peran PGN dalam transisi energi bersih.

Baca Juga

“Proyek Biomethane akan memperluas portofolio PGN di sektor energi terbarukan dengan menyediakan produk untuk dekarbonisasi,” kata Direktur Utama PGN, Arief Kurnia Risdianto, di Jakarta, Kamis (6/11/2025).

Ia menekankan, langkah ini juga membuka peluang pendapatan baru bagi perusahaan sekaligus memperkuat posisi PGN dalam mendukung target Environmental, Social, and Governance (ESG) Grup Pertamina. Dalam proyek tersebut, PGN memanfaatkan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) untuk menghasilkan biogas. Biogas tersebut diolah menjadi Biomethane, kemudian dikompresi menjadi renewable natural gas yang siap diinjeksikan ke jaringan gas bumi.

Energi ini memiliki karakteristik yang setara dengan gas bumi konvensional, sehingga dapat disalurkan ke berbagai sektor pengguna tanpa perlu perubahan infrastruktur besar. Langkah demikian menjadi solusi modern dalam pengelolaan limbah industri berbasis sawit. Dengan memanfaatkan potensi besar POME di Indonesia, PGN tidak hanya mengurangi potensi pencemaran lingkungan, tetapi juga mengubah sumber emisi menjadi energi terbarukan bernilai ekonomi.

Arief menegaskan, potensi besar di Pulau Sumatera menjadi alasan kuat pengembangan proyek ini. “Di Pulau Sumatera terdapat banyak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit dan PGN telah memiliki jaringan infrastruktur gas bumi eksisting di wilayah tersebut, dalam hal ini Pipa Transmisi SSWJ dan Stasiun Kompresor Gas Pagardewa,” ujarnya.

Menurutnya, sinergi infrastruktur dan sumber daya tersebut menjadi fondasi penting untuk mempercepat pengembangan Biomethane nasional. PGN berkomitmen terus mendorong diversifikasi sumber energi di Indonesia melalui teknologi yang ramah lingkungan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by ESG Now (@esg.now)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement