Kamis 06 Nov 2025 11:15 WIB

Pasar Properti Melambat, BI Pantau Stabilitas dan Dorong Pertumbuhan Sektor Residensial

Bank Indonesia catat pertumbuhan IHPR melambat meski penjualan tipe kecil meningkat.

Warga melintas di depan rumah subsidi di Perumahan Graha Arraya, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jumat (21/2/2025) Bank Tabungan Negara (BTN) berkomitmen mendukung program 3 juta rumah dengan menyalurkan dan menyediakan akses Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan pekerja informal. Selain itu BTN juga menerapkan berbagai strategi dan inovasi untuk mewujudkan program tersebut. Program 3 juta rumah ini diharapkan dapat menjadi momentum bangkitnya ekonomi nasional karena dapat mendorong pertumbuhan sektor perumahan dan berbagai industri terkait. Program 3 juta rumah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Foto: Republika/Prayogi
Warga melintas di depan rumah subsidi di Perumahan Graha Arraya, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jumat (21/2/2025) Bank Tabungan Negara (BTN) berkomitmen mendukung program 3 juta rumah dengan menyalurkan dan menyediakan akses Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan pekerja informal. Selain itu BTN juga menerapkan berbagai strategi dan inovasi untuk mewujudkan program tersebut. Program 3 juta rumah ini diharapkan dapat menjadi momentum bangkitnya ekonomi nasional karena dapat mendorong pertumbuhan sektor perumahan dan berbagai industri terkait. Program 3 juta rumah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer Indonesia menunjukkan perlambatan pada kuartal III 2025. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) tercatat tumbuh sebesar 0,84 persen (year on year/yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 0,90 persen (yoy).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan perlambatan ini mencerminkan dinamika pasar properti yang masih menghadapi tantangan. “Pertumbuhan harga properti residensial yang terbatas menunjukkan permintaan belum sepenuhnya pulih, terutama untuk segmen menengah dan besar,” ujar Ramdan dalam keterangan resminya, Rabu (6/11/2025).

Baca Juga

Meskipun penjualan properti tipe kecil menunjukkan tren positif, penjualan unit tipe menengah dan besar masih belum kuat. Secara keseluruhan, penjualan properti residensial di pasar primer mengalami kontraksi sebesar 1,29 persen (yoy), membaik dibandingkan kuartal II 2025 yang mencatatkan kontraksi lebih dalam sebesar 3,80 persen (yoy).

“Perbaikan penjualan secara tahunan memang terjadi, namun belum cukup signifikan untuk mendorong pertumbuhan harga secara keseluruhan,” tambah Ramdan dikutip dari laman resmi Bank Indonesia.

photo
Pengendara sepeda motor melintas di Perumahan Pondok Taktakan Indah, Kota Serang, Banten. - (ANTARA FOTO/Angga Budhiyanto)

Dari sisi pembiayaan, survei menunjukkan pengembang masih mengandalkan dana internal sebagai sumber utama pendanaan, dengan pangsa mencapai 77,67 persen. Sementara itu, mayoritas konsumen membeli rumah melalui skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang mendominasi 74,41 persen dari total pembiayaan.

“Ketergantungan pada dana internal dan KPR menunjukkan bahwa struktur pembiayaan properti masih belum terlalu beragam. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam mendorong ekspansi sektor properti,” kata Ramdan.

Bank Indonesia terus memantau perkembangan sektor properti sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Diharapkan, dengan perbaikan ekonomi dan dukungan kebijakan fiskal serta moneter, sektor properti dapat kembali menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat di masa mendatang.

Informasi lebih lengkap mengenai hasil survei dapat diakses melalui laman resmi Bank Indonesia dalam publikasi Survei Harga Properti Residensial Primer Kuartal III 2025.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement