REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Qatar Airways terus mengalami kerugian sejak Maret 2020 hingga mencapai tujuh miliar riyal karena terdampak pandemi Covid-19. Dikutip dari Reuters, Senin (28/9) Qatar Airways pada akhirnya mendapatkan bantuan dana dari pemerintah sebesar 7,3 miliar riyal atau setara 1,95 miliar dolar AS.
Dalam data laporan keuangan maskapai tersebut, kerugian yang dialami Qatar Airways sudah melebihi 50 persen dari modal saham. Semenjak pembatasan mobilisasi karena pandemi, Qatar Airways memangkas jumlah pekerjanya dan menunda pengiriman pesawat baru.
Qatar Airways mengakui pada 2019 hingga 2020 menjadi salah satu waktu yang tersulit dalam hampir tiga dekade sejarahnya. Kerugian melebar dari sebelumnya mencapai 4,5 miliar riyal.
Dampak dari krisis terhadap Qatar Airways semakin tidak jelas karena penguncian global berlanjut. Sementara maskapai tersebut mencakup maskapai penerbangan, manajemen bandara internasional Qatar, dan aset penerbangan lainnya.
Sejak pertengahan 2017, maskapai tersebut telah dilarang terbang di wilayah udara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab karena sengketa politik regional. Kondisi tersebut memaksa Qatar Airways tidak bisa terbang dengan rute yang lebih jauh bahkan juga dilarang di wilayah Mesir dan Bahrain.
Sejauh ini, beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, telah turun tangan untuk membantu maskapai penerbangan yang terdampak krisis pandemi. Kondisi pandemi Covid-19 membuat perjalanan global hampir terhenti sejak awal 2020.