REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebutkan Indonesia mempunyai potensi untuk membesarkan, mengembangkan, dan menjadi global-hub ekonomi syariah.
Wimboh menyatakan salah satu indikator Indonesia telah menduduki peringkat pertama untuk pasar keuangan syariah global adalah pada tahun lalu mendapat skor 81,93 dalam Global Islamic Financial Report (GIFR).
“Prestasi ini selayaknya menumbuhkan optimisme untuk mewujudkan cita-cita kita sebagai hub keuangan syariah dunia,” kata Wimboh Santoso dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.
Selain itu, Wimboh mengatakan Indonesia juga menjadi destinasi wisata halal terbaik berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI) pada 2019 dengan mengungguli 130 destinasi wisata halal di seluruh dunia.
Kemudian Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia yaitu mencapai 229 juta orang atau sekitar 87 persen dari total penduduk Indonesia dengan jumlah santri sebanyak 3,96 juta orang dan 25.938 pesantren.
“Kami mempunyai basis yang kuat untuk pengembangan syariah. Berbagai upaya telah dilakukan di antaranya kita bisa berikan produk-produk berbasis syariah,” ujarnya.
Meski demikian ia menyebutkan dalam mewujudkan cita-cita tersebut Indonesia masih perlu menciptakan ekosistem syariah yang lengkap mulai dari sektor keuangan, demand, aktivitas ekonomi, informasi pendukung, dan lembaga pendukung lain.
“Kita punya ekosistem lengkap seperti masjid, pesantren, lembaga keuangan, amil zakat, maupun market place syariah yang harus kita ciptakan sehingga sektor keuangan syariah bisa optimal,” kata Wimboh Santoso.
Ia menjelaskan jika dilihat dari industri keuangan syariah tidak ada masalah karena jumlah, produk, sumber daya manusia (SDM), dan teknologinya sudah banyak.
Ia menyebutkan total aset sektor perbankan syariah telah mencapai Rp 545,39 triliun yang terdiri dari 14 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, dan 162 bank pembiayaan rakyat syariah.
Di sisi lain, Wimboh menuturkan salah satu masalah dalam pengembangan ekonomi syariah di Tanah Air adalah mengenai permintaan sehingga realisasi pertumbuhannya tidak secepat konvensional.
“Tapi demand-nya ada nggak pertanyaannya? Dari sisi supply lembaga semuanya siap. Bahkan sudah terlalu banyak dibandingkan demand. Namun market share masih kecil,” ungkap Wimboh Santoso.