REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas melonjak lebih dari dua persen ke level tertinggi dalam hampir sepekan pada akhir perdagangan Senin (17/8) atau Selasa (18/8) pagi WIB. Kenaikan harga emas ini ditopang penurunan imbal hasil obligasi AS dan dolar yang lebih lemah, serta pembelian kepemilikan penambang emas besar oleh Berkshire Hathaway mendukung moral investor.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desembers di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, melonjak 48,9 dolar AS atau 2,51 persen menjadi ditutup pada 1.998,70 dolar AS per ounce. Pada akhir pekan lalu (14/8), emas berjangka jatuh 20,6 dolar AS atau 1,05 persen menjadi 1.949,80 dolar AS.
Emas berjangka bertambah 21,4 dolar AS atau 1,1 persen menjadi 1.970,40 dolar AS pada Kamis (13/8), setelah naik tipis 2,7 dolar AS atau 0,14 persen menjadi 1.949,00 dolar AS pada Rabu (12/8), setelah anjlok 93,4 dolar AS atau 4,58 persen menjadi 1.946,3 dolar AS pada Selasa (11/8).
Emas pekan lalu mencatat penurunan terbesar sejak Maret karena investor menilai kembali posisi mereka setelah emas mundur tajam dari rekor tertinggi 2.072,50 dolar AS yang disentuh pada 7 Agustus.
"Penurunan tajam harga dan aksi harga yang mengikuti telah mengungkapkan sedikit tentang luas yang mendasari selera spekulatif untuk logam mulia," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, menambahkan bahwa fakta sekarang Warren Buffett membeli penambang emas juga "membantu sentimen".
Sebuah laporan kepada regulator pada Jumat (14/8) mengungkapkan, investasi baru 20,9 juta saham Berkshire Hathaway milik Warren Buffett di salah satu perusahaan pertambangan terbesar di dunia, Barrick Gold Corp.
"Menyadari bahwa ia telah membeli saham dan bukan komoditas emas itu sendiri, itu memang memberikan narasi yang menarik bagi mereka yang ingin membeli emas dan mungkin tetap di luar pasar, tetapi sentimen positif sekarang membantu mereka menarik pelatuk," tambah Ghali.
Juga membantu emas, dolar jatuh ke level terendah lebih dari satu minggu, imbal hasil obligasi AS 10-tahun menyusut kembali setelah meningkat pada minggu lalu dan indeks Survei Manufaktur Empire State Fed New York turun menjadi 3,7.
Sebuah laporan yang dirilis oleh Federal Reserve New York pada Senin (17/8) menunjukkan indeks kondisi bisnis Empire State atau Negara Bagian New York turun 13,5 poin menjadi 3,7 poin pada Agustus, lebih buruk dari yang diharapkan.
Penurunan tersebut merupakan sinyal bagi beberapa investor bahwa optimisme yang ditunjukkan selama jeda singkat dalam Covid-19 pada Juli mungkin tidak beralasan karena banyak bisnis tetap tutup atas kemauan mereka sendiri, bahkan ketika gubernur mencabut penguncian.
Para investor sekarang menunggu risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve AS pada Rabu (19/8). "Pasar memeperkirakan The Fed sangat mendukung, emas akan berada di atas 2.000 dolar AS per ounce jelang risalah Fed, dan 2.250 dolar AS pada akhir tahun," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 1,58 dolar AS atau 6,05 persen menjadi ditutup pada 27,68 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 8,5 dolar AS atau 0,89 persen menjadi menetap di 967,6 dolar AS per ounce.