REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Asosiasi Transportasi Udara Internasional atau International Air Transport Association (IATA) memprediksi krisis industri penerbangan baru bisa pulih dari dampak Covid-19 hingga 2024. Hal tersebut menjadi setahun lebih lambat dari proyeksi IATA sebelumnya.
“Lalu lintas penumpang mencapai titik terendah pada April 2020, tetapi kekuatan kenaikannya sangat lemah," kata Direktur Jenderal dan CEO IATA Alexandre de Juniac dikutip dari CNN, Kamis (30/1).
IATA menganggap lamanya pemulihan industri penerbangan dikarenakan lambannya pengendalian virus Covid-19 dan sejumlah faktor lainnya. Termasuk juga kurangnya kepercayaan konsumen, penurunan perjalanan bisnis, dan lonjakan penderita virus Covid-19 baru di Amerika Serikat dan tempat lainnya.
Selain itu, IATA memprediksi jumlah penumpang pesawat diperkirakan akan naik 62 persen pada 2021. Hanya saja, masih akan ada penurunan penumpang hingga 30 persen dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
“Kepercayaan konsumen tertekan dan tidak terbantu oleh keputusan Inggris untuk memberlakukan karantina pada semua wisatawan yang kembali dari Spanyol,” tutur Alexandre.
IATA mengatakan kemajuan ilmiah dalam memerangi Covid-19, termasuk pengembangan vaksin yang sukses dapat memungkinkan pemulihan industri penerbangan lebih cepat. Sayangnya hingga saat ini, perkembangan penemuan vaksin Covid-19 masih belum menemukan titik cerah.
Terlebih, Alexandre mengatakan di sejumlah negara, infeksi Covid-19 masih terus meningkat. “Semua ini menunjukkan periode pemulihan yang lebih lama dan lebih banyak rasa sakit bagi industri dan ekonomi global,” tutur Alexandre.
Dengan adanya kondisi maskapai yang harus terus bertahan dari sisi finansial, IATA menilai pemerintah perlu melanjutkan bantuan untuk menghentikan kebangkrutan maskapai. Alexandre menegaskan masih ada sedikit peluang untuk meningkatkan trafik penerbangan internasional jika pemerintah bergerak cepat dan tegas untuk menemukan cara lain selain melakukan pembatasan perjalanan.