REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Phapros Tbk menargetkan laba bersih tumbuh 10 persen pada akhir 2020. Sepanjang 2019, perusahaan mencetak laba tahun berjalan sebesar Rp 1,02 triliun dan laba kotor sebesar Rp 609,4 miliar.
Direktur Keuangan Phapros Heru Marsono mengatakan, perusahaan memilih langkah efisiensi dan melakukan strategi pemilihan produk yang disesuaikan kebutuhan pasar di tengah pandemi Covid-19. "Target jangka pendek adalah pencapaian target laba dan pendapatan," ujar Herusaat konferensi pers virtual, Rabu (29/7).
Heru menjelaskan, pada tahun ini perusahaan menyiapkan belanja modal sekitar Rp 50 miliar. Adapun penggunaannya untuk peningkatan kapasitas produksi pada beberapa lini dan pengembangan teknologi yang lebih efisien.
"Capex (capital expenditure /belanja modal-Red) di bawah Rp 50 miliar, tidak besar. Karena pada 2017 sampai 2019 kami sudah mengeluarkan capex cukup besar untuk pengembangan bisnis," ucap Heru.
Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko menambakan, pandemi covid-19 telah memberikan hantaman cukup keras bagi industri farmasi. Kondisi ini tentu dilematis mengingat awalnya diperkirakan industri farmasi tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi Covid-19.
"Bagaimana bisa terdampak? Karena beberapa produk farmasi digunakan untuk rumah sakit. Sedangkan kita lihat beberapa rumah sakit sekarang banyak kekosongan dari tingkat keterisian pasien, banyak pasien tidak berani ke rumah sakit (karena pandemi Covid-19) maka konsumsi obatnya kecil," kata Hadi menjelaskan.
Apalagi, lanjut Hadi, beberapa daerah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat Covid-19. Kondisi itu membuat produk Phapros yang menjadi andalan seperti Antimo terdampak.
Ke depan perusahaan berupaya dapat menyesuaikan kondisi di tengah pandemi covid-19. Meskipun kinerja Phapros terkoreksi cukup dalam pada kuartal satu 2020.