REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia (BCA) Tbk bersama Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) tetap melakukan penyaluran kredit ke sektor infrastruktur pemerintah seperti jalan tol, pelabuhan dan bandara. Saat ini perbankan besar pun di Indonesia masih melakukan penyaluran kredit ke proyek-proyek pemerintah di tengah pandemi Covid-19.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan sebagai bank besar, BCA tidak bisa fokus hanya menyalurkan kredit ke satu industri ataupun satu segmen. Perusahaan harus melayani kredit semua sektor mulai dari korporasi hingga konsumen.
"Kalau yang sudah kesulitan pada bank lain, dan minta kita, kita mohon maaf kita tutup pintu untuk industri yang kurang menjanjikan. Namun misal hotel pengalaman lalu adalah nasabah baik dan butuh dana untuk renovasi atau gaji karyawan, kita support," ujarnya kepada wartawan, Senin (15/6).
Hanya saja, menurutnya, perusahaan juga perlu melihat kondisi sektor bersangkutan saat memproses penyaluran kredit terutama di tengah ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19. Begitu juga kredit konsumer seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR), perusahaan akan melihat mulai dari gaji hingga kondisi perusahaan sehingga meskipun ada Covid-19 masih memungkinkan untuk mendapatkan penyaluran kredit.
"Asal bagus, penuhi kriteria, jangan hari ini apply kredit, besok dapat, lusa minta restrukturisasi, kita tidak mau kayak gitu. Itu cari kesempatan dalam kesempitan," ucapnya.
Jahja mengakui masa pandemi sekarang ini, perbankan akan lebih berhati-hati dalam memberikan kredit kepada para debitur. "Saat ini bank harus memilih mana nasabah yang masih potensial dan melihat kondisi sektor bersangkutan, misalnya saja apakah bank akan mendukung industri pengolahan makanan atau industri kesehatan yang perlu kredit untuk membeli bahan baku," jelasnya.
Selain itu, menurutnya perusahaan juga menerapkan standar untuk mengetahui potensi nasabah, misalnya dari gaji, apakah perusahaan nasabah terdampak Covid-19 atau tidak, ataupun usaha yang dijalankan apakah masih bisa bertahan.
"Kami tidak ingin memberikan kredit kepada nasabah tetapi kemudian minta direstrukturisasi karena kesulitan membayar cicilan," ucapnya.