REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia (ADB) menyetujui pinjaman senilai 300 juta dolar AS atau sekitar Rp 4,5 triliun untuk mendukung penambahan kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) hingga 110 Megawatt (MW). Pinjaman tersebut diberikan untuk pembangkit listrik panas bumi milik PT Geo Dipa Energi di Jawa.
"Proyek panas bumi ADB akan membantu Indonesia memerangi perubahan iklim dan menjadikan sistem kelistrikan negara ini lebih berkelanjutan, andal, dan efisien, sekaligus juga membantu dunia usaha dan konsumen mengakses energi yang terjangkau, andal, dan modern," kata Direktur ADB untuk Indonesia Winfried F Wicklein dalam pernyataan di Jakarta, Kamis (28/5).
Ia menambahkan bantuan yang juga berasal dari Clean Technology Fund (CTF) itu sejalan dengan sasaran jangka panjang Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan energi, termasuk memaksimalkan penggunaan sumber daya energi dari dalam negeri, menambah bauran energi, dan memastikan keberlanjutan lingkungan.
Proyek yang disetujui ADB ini akan mendukung pembangunan dan komisioning dua pembangkit listrik tenaga panas bumi di Dieng di Jawa Tengah, dan Patuha di Jawa Barat milik PT Geo Dipa Energi (GDE), sebuah badan usaha milik negara yang berfokus pada eksplorasi, pengembangan, dan pembangkitan listrik tenaga panas bumi.
Menurut rencana, proyek ini akan meningkatkan kapasitas pengembangan perusahaan dan mendukung pelibatan erat warga sekitar, termasuk perempuan dan kelompok rentan yang lain, sebagai upaya untuk meningkatkan penghidupan dan mendorong kesejahteraan masyarakat.
Proyek tersebut juga akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan lebih banyak proyek panas bumi, melaksanakan pengeboran yang didukung pemerintah, dan menarik investasi sektor swasta yang sangat diperlukan guna mengembangkan daerah panas bumi baru.
Direktur Utama PT Geo Dipa Energi Riki Ibrahim memastikan kegiatan yang merupakan Proyek Strategis Nasional ini akan menyediakan listrik ramah lingkungan dalam jaringan Jawa Bali dan menurunkan emisi CO2 lebih dari 700 ribu ton per tahun.
"Proyek ini juga akan menjadi pengalaman penting bagi pengembangan sektor energi panas bumi Indonesia dan berperan mendukung upaya pemerintah untuk menarik investasi sektor swasta di sektor ini dengan mengurangi risiko di tahap awal pengembangan proyek," ujarnya.
Selain itu, proyek infrastruktur energi yang disetujui di tengah pandemi penyakit virus korona baru (Covid-19) ini, akan membantu memastikan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia akan ramah lingkungan, berkelanjutan, dan bertahan.
Saat ini, Indonesia diperkirakan memiliki potensi panas bumi mencapai 29 Gigawatt (GW) yang merupakan potensi panas bumi terbesar di dunia, dan mempunyai kapasitas terpasang panas bumi sebesar 2,1 GW yang merupakan terbesar kedua di dunia.
Operasi sektor swasta ADB telah lama mendukung berbagai proyek panas bumi di Muara Laboh, Rantau Dedap, dan Sarulla. Namun, pengembangan tenaga listrik dari panas bumi masih berlangsung lambat, terutama karena fase eksplorasi yang mahal, lama, dan berisiko tinggi.
Untuk itu, ADB akan membantu dalam menjadikan transisi energi bersih sebagai bagian penting pemulihan Indonesia dari pandemi. Proyek ini juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi para pemasok barang dan jasa di industri panas bumi, minyak dan gas, yang terdampak oleh Covid-19.