Ahad 29 Jun 2025 17:31 WIB

Menteri ESDM: Indonesia Bisa Turunkan Impor BBM hingga 300 Ribu KL

Menteri ESDM sebut pabrik EV akan kurangi ketergantungan energi fosil.

Indonesia dapat menurunkan impor bahan bakar minyak (BBM) hingga 300 ribu kiloliter (KL) per tahun melalui keberadaan pabrik baterai kendaraan listrik. (ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Indonesia dapat menurunkan impor bahan bakar minyak (BBM) hingga 300 ribu kiloliter (KL) per tahun melalui keberadaan pabrik baterai kendaraan listrik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menyampaikan Indonesia dapat menurunkan impor bahan bakar minyak (BBM) hingga 300 ribu kiloliter (KL) per tahun melalui keberadaan pabrik baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Karawang, Jawa Barat.

“Ini bisa menghemat impor BBM sekitar 300 ribu kiloliter per tahun, jika kapasitasnya 15 GWh,” ujar Bahlil dalam acara Groundbreaking Proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM–IBC–CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang, Ahad (29/6/2025).

Baca Juga

Ia menambahkan, apabila pasar baterai meningkat—termasuk untuk kebutuhan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)—kapasitas produksi bisa ditingkatkan hingga 40 GWh. “Dengan pasar yang sudah naik untuk baterai PLTS, bisa sampai dengan 40 GWh,” katanya.

Dengan kapasitas 15 GWh, pabrik baterai EV di Karawang diproyeksikan dapat menunjang kebutuhan sekitar 300 ribu unit mobil listrik.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Prabowo Subianto turut hadir dan melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan proyek ekosistem industri baterai listrik terintegrasi tersebut.

Proyek Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi ini dikembangkan dari hulu ke hilir oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan Konsorsium CATL, Brunp, serta Lygend (CBL). Proyek ini terdiri atas enam proyek terintegrasi, lima di antaranya berlokasi di Kawasan FHT Halmahera Timur dan satu proyek di Karawang.

Pabrik baterai di Karawang berdiri di atas lahan seluas 43 hektare dan dioperasikan oleh perusahaan patungan PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB), hasil kolaborasi IBC dan CBL, anak usaha raksasa baterai dunia, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).

Pabrik ini ditargetkan memiliki kapasitas awal 6,9 GWh pada fase pertama dan meningkat menjadi 15 GWh pada fase kedua. Operasi komersial dijadwalkan dimulai akhir 2026.

Sementara itu, di Halmahera Timur, ANTAM bersama Hong Kong CBL Limited (HK CBL) telah membentuk PT Feni Haltim (PT FHT) untuk mengembangkan kawasan industri energi baru. Kawasan ini mencakup proyek pertambangan nikel, smelter pirometalurgi dengan kapasitas 88.000 ton refined nickel alloy per tahun (2027), serta smelter hidrometalurgi dengan kapasitas produksi 55.000 ton Mixed Hydroxide Precipitate per tahun (2028).

Selain itu, fasilitas ini juga akan memproduksi bahan katoda Nickel Cobalt Manganese (NCM) sebesar 30.000 ton per tahun (2028), serta unit daur ulang baterai dengan kapasitas 20.000 ton logam sulfat dan lithium karbonat per tahun (2031).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement