REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pasokan impor bawang putih yang akan masuk akhir bulan ini, ditambah hasil panen di Jawa Tengah, diharapkan mampu mengatasi defisit stok komoditas tersebut di pasaran. Airlangga dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, Selasa (28/4), mengatakan pemerintah sudah menerbitkan izin impor hingga ratusan ribu ton.
Namun, bawang putih yang masuk ke pasar domestik hingga saat ini baru 72.400 ton. Pemerintah juga telah merealisasikan kebijakan relaksasi impor sebagaimana tercantum dalam Permendag Nomor 27/2020 tentang penghapusan sementara syarat SPI untuk bawang putih dan bawang bombai yang berlaku sampai 31 Mei 2020.
“Sehingga masih ada barang yang masuk di akhir bulan ini dan juga diharapkan jumlahnya nanti akan semakin meningkat yang tersedia di pasar,” ujar dia dalam konferensi pers usai rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo mengenai antisipasi kebutuhan pokok.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, sebelumnya menerbitkan persetujuan impor (PI) sebanyak 157 ribu ton bawang putih untuk mengatasi kelangkaan di pasar. Pemasukan impor bawang putih itu dilakukan bertahap hingga Mei 2020.
Selain itu, kata Airlangga, pasokan bawang putih di domestik juga akan terbantu dengan bergulirnya musim panen seperti yang terjadi di sentra produksi di Temanggung, Jawa Tengah.
Sementara itu, pemerintah juga mencatat beberapa provinsi masih mengalami surplus bawang putih di tengah kelangkaan yang dialami sebagian besar provinsi di Indonesia. Airlangga mengatakan, pemerintah akan mendistribusikan bawang putih dari provinsi yang surplus untuk memenuhi kebutuhan di provinsi yang defisit.
“Di dalam negeri, seperti di Temanggung sudah mulai panen, dan tentunya akan ada distribusi dari daerah panen ke daerah kurang stok,” ujar dia.
Sedangkan untuk gula pasir, Airlangga mengatakan, pemerintah sudah mengalihkan pasokan gula untuk kebutuhan industri (gula rafinasi) ke sektor konsumsi. Namun memang terdapat kendala izin edar dan pengemasan ulang (repackaging).
Dia mengatakan, sebanyak 182.762 ton gula pasir dari pengalihan di industri ke konsumsi akan segera masuk ke pasar. “Kemudian pengalihan gula rafinasi sebanyak 191.762 ton, dan ini adalah masalah repackaging dan izin peredaran, sehingga akan ada 182.762 ton, yang akan masuk ke pasar,” jelasnya.
Dalam pembukaan rapat, Presiden Joko Widodo menjabarkan beberapa kebutuhan pokok yang stoknya mengalami defisit di sejumlah provinsi. Gula pasir dan bawang putih mengalami defisit di paling banyak provinsi, yakni masing-masing defisit di 30 provinsi dan 31 provinsi.
Stok kebutuhan pokok lainnya yang defisit adalah beras defisit di tujuh provinsi, jagung defisit di 11 provinsi, cabai besar defisit di 23 provinsi, cabai rawit defisit di 19 provinsi, bawang merah defisit di satu provinsi, sedangkan telur ayam defisit di 22 provinsi.
“Sedangkan stok untuk minyak goreng diperkirakan cukup untuk 34 provinsi tapi untuk stok gula pasir diperkirakan defisit di 30 provinsi dan stok bawang putih diperkirakan defisit di 31 provinsi,” kata Presiden.