REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- IHS Markit mengumumkan, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia menurun. Dari posisi 51,9 pada Februari ke level 45,3 pada Maret.
Penurunan tersebut paling tajam, sejak survei mulai dilakukan pada April 2011. Data rata-rata pada kuartal pertama tahun ini, PMI Manufaktur Indonesia berada di posisi 48,8. Itu menunjukkan, sektor manufaktur mengarah pada penurunan di kuartal ketiga.
Kepala Ekonom IHS Markit Bernard AW mengatakan, perusahaan manufaktur Indonesia pada survei Maret, melaporkan penurunan paling tajam dalam periode sembilan tahun. Menurutnya, itu disebabkan berbagai upaya mencegah penyebaran virus corona yang menghantam sektor ini.
"Sehingga menyebabkan penurunan tajam pada permintaan. Headline PMI turun ke posisi paling rendah dalam sembilan tahun pada titik 45,3 pada Maret, yang secara umum menggambarkan pertumbuhan GDP melambat pada kisaran tahunan 4,6 persen," jelas Bernard, melalui keterangan resmi yang diterima Republika pada Kamis, (2/4).
Bernard menyebutkan, kondisi permintaan melemah tajam, dengan total permintaan baru turun pada catatan terendah selama survei. Hal itu disebabkan oleh kondisi penjualan ekspor yang hampir runtuh.
Lapangan kerja pun berkurang pada kisaran yang belum terjadi selama empat setengah tahun. Sebab, pabrik ditutup sementara atau mengurangi kapasitas produksi di tengah melemahnya penjualan.
"Penghentian operasi dan banjir, juga upaya global pencegahan anti-virus, menempatkan rantai pasokan di bawah tekanan yang kuat. Waktu pengiriman dari pemasok diperpanjang pada kisaran paling lama sepanjang survei," kata Bernard.
Ia melanjutkan, survei menggarisbawahi bagaimana pandemi global telah berdampak pada perekonomian Indonesia sejauh ini. "Hanya saja, meningkatnya kemungkinan berbagai upaya yang lebih ketat berarti penurunan bisa berdampak lebih buruk pada kuartal kedua," jelas dia.