REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca dagang Indonesia-China pada Februari mengalami defisit, tetapi mengalami kontraksi terutama impor. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus menilai penurunan nilai ekspor Indonesia terhadap China pada Februari tahun ini merupakan momentum positif untuk mengurangi ketergantungan.
Ekspor dari Indonesia ke China pada Februari 2020 sebesar 1,8 miliar dolar AS atau turun 22,63 persen yakni 245,5 juta dolar AS dari bulan sebelumnya yaitu 2,1 miliar dolar AS. Komoditas utamanya ialah besi baja, tembaga, pulp dan kayu.
“Sebenarnya ini bisa menjadi momentum yang pas untuk mengurangi ketergantungan kepada China dengan mencari pasar baru,” katanya saat dihubungi Antara, di Jakarta, Senin (16/3).
Heri mengatakan walaupun ekspor ke China jatuh, namun secara total nilai ekspor tanah air mengalami kenaikan. Itu merupakan bukti bahwa Indonesia telah mampu menggantikannya ke negara lain.
Ekspor Indonesia pada Februari 2020 meningkat 2,24 persen dibandingkan Januari 2020 yaitu dari 13,6 miliar dolar AS menjadi 13,9 miliar dolar AS serta naik 11 persen daripada Februari 2019.
“Kita bisa lihat ekspor kita ke China jatuh tapi secara total naik berarti kita bisa menggeser dari China ke negara lain,” katanya.
Ia meyakini penurunan ekspor ke China adalah dampak dari wabah virus corona atau Covid-19 yang memberikan guncangan pada negara tersebut. “Porsinya juga turun dari yang biasanya 17 persen ekspor kita ke China berkurang jadi 15 persen,” ujarnya.
Heri menyatakan hal ini seharusnya menjadi momentum agar ketergantungan Indonesia terhadap China dapat lebih ditekan dengan beralih ke pasar lain seperti Australia, Amerika Serikat (AS), dan Taiwan.
“Kita harusnya bisa mengurangi ketergantungan terlihat dari perubahan yang tadinya kita banyak ekspor ke China sekarang berkurang beralih ke Australia, AS, Taiwan, bahkan Italia,” katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia dengan China mengalami penurunan signifikan baik dari sisi ekspor maupun impor pada Februari 2020 yang disinyalir akibat dari mewabahnya COVID-19.
“Ada pengaruh Covid-19 di mana kegiatan lockdown, ekspor-impor otomatis akan mempengaruhi neraca perdagangan kita dari China karena baik ekspor maupun impornya yang dari China, bulan ke bulan (mtm) itu turun dua-duanya,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti.