Rabu 11 Mar 2020 18:59 WIB

Harga Minyak Jatuh,Dirut Mandiri Khawatirkan Utang Korporasi

Dirut Bank Mandiri mengkhawatirkan utang nasabah yang akan jatuh tempo.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar(darmawan / republika)
Foto: darmawan / republika
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar(darmawan / republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar menilai, anjloknya harga minyak dunia tidak berlangsung lama. Ia yakin harga komoditas tersebut segera kembali normal.

"Kalau lihat pattern-nya, dulu-dulu itu kurang lebih dia turun, lalu nggak ada tiga bulan naik lagi. Kalau kita nggak usah khawatir, karena biaya produksi minyak di Indonesia relatif rendah," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (11/3).

Baca Juga

Hal yang perlu dikhawatirkan, lanjutnya, ketika utang nasabah akan jatuh tempo. "Seperti Garuda (PT Garuda Indonesia), tapi rata-rata nasabah kita utangnya panjang-panjang, seperti Pertamina kan dia pinjam sudah 30 tahun, 20 tahun, jadi nggak ada issue-lah, saya yakin dalam tiga bulan harga minyak balik," jelas Royke.

Ia menambahkan, utang Garuda akan jatuh tempo. Hanya saja, belum ada pembicaraan mengenai restrukturisasi. "Kita setiap hari ada komunikasi sama Garuda. Hanya saja belum bicara (soal restrukturisasi)," ujarnya.

 

Royke menyebutkan, portofolio utang Garuda di Bank Mandiri bermacam-macam. Meski begitu, tidak ada penyaluran pinjaman untuk pembelian pesawat.

"Kita tuh yang langsung cuma untuk pembelian minyak atau fuel (bahan bakar) sama guarantee service," tutur dia. Hanya saja, Royke belum bisa menyebutkan angka detilnya.

Perlu diketahui, penyebab utama anjloknya harga minyak dunia yakni adanya perang harga antara Arab Saudi dengan Rusia. Harga minyak AS tercatat turun sekitar 34 persen ke 27,34 dolar AS per barel, harga tersebut terendah dalam empat tahun terakhir.

Selanjutnya, harga minyak mentah dunia turun sekitar 26 persen menjadi 31,13 dolar AS per barel. Kemudian minyak mentah Brent yang menjadi patokan global anjlok 24 persen menjadi 33,36 dolar AS per barel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement