Selasa 10 Mar 2020 05:25 WIB

Asosiasi Perusahaan Ban Dukung Penindakan Truk Obesitas

Truk hanya muat untuk 30 ton saja, kalau lebih dari itu bannya akan pecah.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Proses pengawasan truk kelebihan muatan dan dimensi di Gerbang Tol Tanjung Priok 1, Senin (9/3).(Republika/Rahayu Subekti)
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Proses pengawasan truk kelebihan muatan dan dimensi di Gerbang Tol Tanjung Priok 1, Senin (9/3).(Republika/Rahayu Subekti)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane menyatakan dukungannya kepada pemerintah dalam menindak truk obesitas atau kelebihan muatan dan dimensi. Terlebih menurutnya para konsumen ban produksi Indonesia yang dinilai terkuat di dunia justru disalahgunakan untuk melebihkan muatan dan dimensi truk. 

Aziz menuturkan APBI pada akhir Maret 2020 akan melakukan kampanye keselamatan di Tol Cirebon. "Ini untuk mendidik konsumen jangan melakukan truk kelebihan muatan dan dimensi itu," kata Aziz kepada Republika, Senin (10/3). 

Dia menuturkan, kampanye keselamatan dilakukan juga untuk mengemukakan banyak konsumen ban atau pengusaha truk yang tidak memperdulikan keselamatan saat berupaya melebihkan muatan dan dimensi. Agar truk nya memiliki dimensi dan muatan lebih, kata Aziz, ban diisi angin yang berlebih lalu terkadang hingga menimbulkan kecelakaan pecah ban. 

Padahal, Aziz menuturkan selama ini perusahaan ban berusaha untuk membuat produksi terbaik namun tidak dimanfaatkan untuk kebutuhan yang sesuai. "Ban impor itu kurang menggigit. Tanah kita itu kita yang paling tahu, makanya SNI itu paling kuat di dunia karena disesuaikan dengan kondisi alam kita," jelas Aziz. 

Untuk itu, Aziz menegaskan sangat mengkampanyekan ban dengan sertifikat SNI juga untuk mendidik konsumen agar meningkatkan produk dalam negeri. Sayangnya, ban impor seperti dari Cina tetap masuk ke Indonesia. 

"Tapi satu dia itu (ban impor) kurang menggigit di jalan. Kedua ban impor itu terlampau tipis makanya ringan dan tidak bisa divulkanisir," ungkap Aziz. 

Dia menegaskan APBI akan berkoordinasi dengan para vulkanisir ban untuk mendukung pemberantasan truk kelebihan muatan dan dimensi. Dengan kerja sama tersebut, nantinya akan menerbitkan SNI sederhana atau diaebut dengan good manufacturing product agar konsumen dapat menggunakan ban yang menyelamatkan angkutan dan pengguna jalan lainnya. 

Sebelumnya, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi mengatakan ban produksi Indonesia dinilai menjadi yang terkuat di dunia. Sayangnya, kuatnya ban produksi Indonesia justru mendukung kelangsungan truk obesitas atau kelebihan muatan dan dimensi.

Budi mengatakan asosiasi perusahaan ban menyatakan kelebihan ban produksi Indonesia tersebut hanya saja terdapat alasan yang tidak sesuai dibaliknya. "Karena pesanan dari sektor industri kendaraan truk (ban dibuat kuat) supaya bisa untuk truk kelebihan muatan dan dimensi," kata Budi di Gerbang Pintu Tol Tanjung Priok 1, Senin (9/3).

Budi menegaskan saat ini Kemenhub sudah berkomunikasi dengan asosiasi ban dan sasis (kerangka bagian bawah kendaraan). "Kita akan bekerja sama dengan Kemenperin kalau bisa ada penurunan kualitas untuk spesifikasi kendaraan ban ini yang ada di Indonesia," jelas Budi.

Dengan adanya penurunan kualitas, Budi menuturkan hal tersebut dapat memperketat para pemilik kendaraan agar tidak mengoperasikan truk obesitas. Jika penurunan kualitas ban dilakukan paling tidak menurut Budi kapasitas muatan truk akan disesiaikan dengan kekuatan ban.

"Jadi kalau truk hanya muat  untuk 30 ton saja, kalau lebih dari itu bannya akan pecah," tutur Budi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement