REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menilai, kondisi global tidak terlalu menggembirakan. Sebab, banyak isu yang memengaruhi perekonomian dunia.
"Isu global seperti persoalan di Amerika Latin. Kita lihat Venezuela, Meksiko, terakhir Bolivia, Morales mengundurkan diri dari jabatan presiden Bolivia, ini jg memengaruhi," ujar Bahlil dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi di Jakarta, Kamis, (20/2).
Sebelumnya, kata dia, ekonomi global sempat diharapkan membaik karena perang dagang antara Amerika Serikat dengan China sudah hampir selesai. Sayangnya, tiba-tiba muncul masalah baru yakni wabah virus corona.
"Corona membuat kita pusing betul, dia berdampak sistemik, masif dan terstruktur. Andaikan ada Pilpres (Pemilihan Presiden) dan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) kali ini, maka corona akan laku di negara kita," tuturnya.
Semua persoalan tersebut, lanjut dia, membuat prediksi pertumbuhan ekonomi global tidak tinggi, yakni 3,4 persen pada 2020. Pada 2019, pertumbuhan ekonomi global terkoreksi hingga tiga kali.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara maju juga tidak ada perubahan dari 2019 ke 2020, yaitu sebesar 1,7 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi berbagai negara berkembang, Bank Dunia memproyeksikannya sebesar 4,5 persen.
Di Indonesia, tutur dia, pertumbuhan ekonomi masih didorong sektor konsumsi. Pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 5,02 persen itu pun bangak ditopang konsumsi.
"Bicara sektor konsumsi hanya bicara tentang daya beli masyarakat. daya beli masyarakat kita bicara kepastian pendapatan, dan kepastian pendapatan hanya didapatkan lewat lapangan pekerjaan, dan itu kuncinya cuma satu, investasi," jelas Bahlil. Baginya, tanpa investasi negara mana pun sulit berkembang.