Ahad 05 Jan 2020 05:30 WIB

Kenaikan Cukai Rokok Diperkirakan Pengaruhi Inflasi

Inflasi terjadi dikarenakan penyesuaian harga berbagai komoditas dan tarif.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah petugas menyiram barang bukti rokok ilegal yang telah dibakar di Kantor Bea Cukai, Rawamangun, Jakarta, Kamis, (19/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah petugas menyiram barang bukti rokok ilegal yang telah dibakar di Kantor Bea Cukai, Rawamangun, Jakarta, Kamis, (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan pada awal tahun 2020 akan terjadi inflasi. Inflasi terjadi dikarenakan penyesuaian harga berbagai komoditas dan tarif.

Kepala Kantor Perwakilan BI Tasikmalaya, Heru Saptaji mengatakan, mencermati perkembangan inflasi terkini dan beberapa indikator harga, diperkirakan pada Januari 2020 akan terjadi inflasi. Sesuai pola historisnya, tekanan inflasi akan meningkat pada awal tahun.

Ia menyebutkan, pada kelompok bahan makanan, risiko tekanan inflasi yang cukup tinggi berasal dari beras yang masih dalam masa tanam. "Selain itu, dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen berisiko mendorong kenaikan harga aneka rokok," kata dia dalam keterangan resminya, Sabtu (4/1).

Kendati demikian, menurut dia, tekanan harga diperkirakan masih dapat tertahan oleh terjaganya harga bahan pangan utama lainnya seperti daging dan telur ayam ras, serta cabai dan hortikultura lainnya. Sementara harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik yang masih stabil juga dapat menjadi penahan inflasi.

Heru mengatakam, pada Desember 2019, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Tasikmalaya mengalami inflasi 0,33 persen (mtm). Di tingkat provinsi, inflasi Jawa Barat tercatat 0,35 persen (mtm), dan inflasi Nasional tercatat 0,34 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, maka inflasi Kota Tasikmalaya secara keseluruhan tahun 2019 (yoy) tercatat 1,72 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,30 persen (yoy) dan terendah dalam 10 tahun terakhir.

"Pencapaian tersebut juga terendah di Jawa-Bali," kata dia.

Inflasi pada Desember di Kota Tasikmalaya terutama berasal dari kelompok bahan makanan, sehubungan dengan kenaikan pola konsumsi rumah tangga pada akhir tahun. Sama dengan kondisi nasional, komoditas penyumbang utama inflasi adalah telur ayam ras. Hal itu disebabkan permintaan yang meningkat sementara pasokan relatif menurun karena penurunan produktivitas ayam petelur pada musim hujan. Selain itu, harga beras dan bawang merah juga meningkat sehubungan dengan musim tanam.

Heru menambahkan, di luar kelompok bahan makanan, kenaikan harga terutama terjadi pada angkutan antarkota. Pasalnya, terjadi peningkatan permintaan pada periode libur natal dan tahun baru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement