Kamis 28 Nov 2019 15:24 WIB

Jokowi Minta CEO Optimistis Ekonomi Indonesia Tumbuh

Di G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia di posisi ketiga setelah India dan China.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Friska Yolanda
Presiden Joko Widodo memberikan pidato dalam acara pembukaan Kongres Notaris Dunia Ke-29 di Jakarta, Kamis (28/11/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo memberikan pidato dalam acara pembukaan Kongres Notaris Dunia Ke-29 di Jakarta, Kamis (28/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak para CEO agar terus optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meskipun kondisi ekonomi global saat ini membuat banyak negara tertekan, menurutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di posisi yang lebih baik dari negara lain.

"Kita lihat di G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia di posisi ke-3 perlu kita syukuri dan kita sering lupakan. Nomor 3 di bawah India dan China, baru Indonesia. Sehingga rasa optimisme ini harus terus kita tebarkan," ujar Jokowi dalam acara CEO Forum di Jakarta, Kamis (28/11).

Baca Juga

Jokowi mengingatkan, agar Indonesia terus optimistis menghadapi berbagai tekanan-tekanan eksternal dan perang dagang yang semakin tak menentu. 

"Tapi kalau konsentrasi menghadapi tantangan-tantangan internal yang kita hadapi kita optimis pertumbuhan ekonomi kita semakin baik," kata dia.

Lebih lanjut, Jokowi pun mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan tumbuh di kisaran 5,04 persen-5,05 persen. Bahkan, menurut Bank Dunia dan IMF, kondisi ekonomi global saat ini juga akan semakin menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

"Begitu tahun depan dengan kondisi ekonomi global yang menurut Bank Dunia, IMF juga kemungkinan bisa turun lagi karena kondisi yang ada belum bisa diselesaikan," ucapnya.

Saat bertemu dengan managing direktur IMF dan juga Bank Dunia, Presiden Jokowi pun mendapatkan pesan agar berhati-hati dalam menghadapi kondisi global, terutama dalam mengelola kebijakan fiskal. Sebab, APBN hanya mempengaruhi sekitar 14 persen terhadap ekonomi Indonesia. 

"Artinya apa? APBN hanya memicu, menstimulasi agar ekonomi kita bisa berjalan tapi 86 persen yang menentukan swasta dan BUMN. Rasio defisit kita terhadap PDB sangat hati-hati dibanding negara lain, tahun ini di APBN kita pasang angka di 1,9 tetapi mungkin nanti jatuhnya di angka 2 lebih sedikit," jelas Jokowi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement