Rabu 27 Nov 2019 13:58 WIB

Pengambilalihan Proyek Tol Cisumdawu Tunggu Keputusan Cina

Sebelumnya kontraktor Cina mendapat porsi 70 persen dalam proyek Tol Cisumdawu.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Foto udara pembangunan jalan layang Tol Cisumdawu di pintu keluar Jalan Tol Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (24/11/2019).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Foto udara pembangunan jalan layang Tol Cisumdawu di pintu keluar Jalan Tol Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (24/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit menyampaikan pemerintah masih menunggu keputusan pihak China mengenai porsi pengerjaan proyek kontraktor di tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memastikan telah mengambil alih sebagian porsi pengerjaan proyek kontraktor asal China di tol Cisumdawu.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit mengatakan, perubahan porsi pengerjaan proyek, di mana sebelumnya kontraktor China mendapat porsi 70 persen dan kontraktor Indonesia sebesar 30 persen merupakan upaya dalam percepatan penyelesaian tol Cisumdawu.

Baca Juga

Danang menyampaikan, pengerjaan yang menjadi kewenangan pemerintah dan BUMN tetap berjalan sesuai jadwal. "Pak Basuki (Menteri PUPR) sangat dorong kontraktor China menyelesaikan tugasnya, kalau mereka nggak bisa menyelesaikan tugasnya, kontraktor Indonesia yang ambil alih," ujar Danang di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (27/11).

Meski demikian, kata Danang, proses pengambilalihan porsi pengerjaan proyek tol tidak mudah lantaran melibatkan pinjaman luar negeri. Kendati begitu, Danang menyebut kontraktor China sudah sepakat melepas porsi pengerjaan proyek tol dari 70 persen menjadi 40 persen, sementara kontraktor lokal akan memegang 60 persen porsi pengerjaan proyek tol Cisumdawu.

"Pak Menteri (PUPR) maunya secepatnya, tapi mereka (kontraktor China) harus melakukan proses ke pemberi pinjaman yakni pemerintah China. Kontraktornya sudah mau, tinggal lender atau pemberi pinjamannya dari pemerintah China," ucap Danang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement