Kamis 21 Nov 2019 16:50 WIB

Tambah Likuiditas Bank, BI Putuskan GWM Rupiah Diturunkan

Penurunan GWM bertujuan untuk menambah ketersediaan likuiditas perbankan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Bank Indonesia mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate di posisi 5,00 persen, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, (21/11).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Bank Indonesia mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate di posisi 5,00 persen, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah sebesar 50 basis poin (bps). Dengan begitu, masing-masing menjadi 5,5 persen dan 4,0 persen, dengan GWM Rerata masing-masing tetap sebesar 3,0 persen. 

Keputusan itu berlaku efektif pada 2 Januari 2020. "Kebijakan ini ditempuh guna menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam meningkatkan pembiayaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (21/11).

Baca Juga

Ia menjelaskan, secara keseluruhan likuiditas perbankan cukup. Hanya saja distribusi likuiditas ke setiap kelompok bank tidak merata. 

"Bank BUKU (Bank Umum Kelompok Usaha) dua, tiga, dan satu mengalami kekurangan dana karena persaingan untuk DPK (Dana Pihak Ketiga). DPK tumbuh sekitar delapan persen, dan sejumlah bank kurang bisa tarik porsi DPK," tutur Perry. 

Maka menurutnya, penurunan GWM akan menambah likuiditas seluruh bank. Jumlah likuiditas yang nantinya bertambah ke bank umum sebesar Rp 24,1 triliun, sedangkan ke Bank Umum Syariah sebesar Rp 1,9 triliun. 

"Dengan penurunan GWM, likuiditas yang bertambah ke semua bank sebanyak Rp 26 triliun. Ini akan permudah bank salurkan kredit korporasi yang meningkat, seiring confidence terhadap peningkatan ekonomi," jelas dia. 

Dirinya melanjutkan, kebijakan itu sengaja diberlakukan mulai awal Januari sebab biasanya pada kuartal empat, pemerintah baik kementerian maupun lembaga melakukan belanja. Dengan begitu likuiditas pada kuartal empat berlebih. 

"Ini antisipasi juga, biasanya di kuartal pertama ekspansi fiskal masih rendah. Di kuartal tersebut ada penarikan pajak. Jadi ini langkah forward looking preemptive, BI sudah perkirakan maka GWM diturunkan lalu likuiditas bank kita tambah pada Januari," jelasnya. 

Atas dasar itu, kata dia, dunia usaha tidak perlu khawatir untuk berinvestasi, sebab likuiditas bank cukup. "Dunia usaha mari investasi!" Ajak Perry. 

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada 20 sampai 21 November, BI pun memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,00 persen. Suku bunga Deposit Facility juga tetap sebesar 4,25 persen, begitu pula suku bunga Lending Facility tidak berubah di angka 5,75 persen. 

"Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran target, stabilitas eksternal yang terjaga. Ini upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat," kata Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement