Rabu 06 Nov 2019 06:23 WIB

Konsumsi Rumah Tangga, Harapan Ekonomi Sampai Akhir Tahun

Harapan penurunan suku bunga kredit juga bisa menopang konsumsi akhir tahun.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Pertumbuhan Ekonomi Indoensia. Pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi Indoensia. Pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (24/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendi Manilet memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun berada di rentang 5,00 sampai 5,08 persen. Prediksi ini seiring dengan melihat realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode Januari sampai September 2019 berada di tingkat 5,04  persen. Pertumbuhan di kuartal ketiga sendiri adalah 5,02 persen. 

Yusuf menambahkan, komponen yang dapat didorong oleh pemerintah adalah konsumsi rumah tangga. Sebab, pada akhir tahun, tingkat belanja masyarakat cenderung tinggi mengingat ada momen Natal dan Tahun Baru. Di samping itu, harapan terhadap penurunan suku bunga kredit juga bisa menopang konsumsi di akhir tahun, meskipun potensinya sangat kecil. 

Baca Juga

"Dengan berharap pada konsumsi rumah tangga, ekonomi kita masih dapat tumbuh di kisaran 5,00 persen," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/11). 

Selain itu, Yusuf menuturkan, ekspor juga masih memiliki peluang untuk tumbuh sampai akhir tahun. Komponen ini didorong oleh ekspor komoditas crude palm oil (CPO) ke India yang meningkat seiring dengan perjanjian kerjasama dagang antara Indonesia dengan India. 

Ekspor batubara pun masih memiliki potensi untuk sedikit meningkat. Yusuf menuturkan, hal ini didukung dengan permintaan dari Cina mengingat pola seasonal musim dingin di sana dan kekurangan persediaan dari Cina akibat produksi dalam negeri yang berkurang. 

Di sisi lain, Yusuf menuturkan, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang dapat mencapai 6,01 persen. Tren ini disebabkan rendahnya realisasi investasi pemerintah yang terlihat pada rendahnya pertumbuhan belanja modal pada APBN. 

"Di mana, sampai dengan Agustus terkontraksi hingga 11 persen," tuturnya. 

Secara agregat, Yusuf menjelaskan, terdapat pola perlambatan PMTB, terutama di tahun politik. Hal ini pernah terjadi pada 2014, di mana pertumbuhan saat itu mencapai 4,45 persen dibandingkan pertumbuhan tahun 2013 yang mencapai 5,01 persen.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2019 adalah 5,02 persen. Angka ini melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, 5,17 persen maupun kuartal kedua 2019, 5,05 persen. 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menuturkan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal ketiga masih bertopang pada konsumsi rumah tangga. Kontribusinya adalah 2,69 persen dari PDB kuartal ketiga, menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, 2,77 persen. 

Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh, dari 5,00 persen pada kuartal ketiga 2018 menjadi 5,01 persen pada kuartal ketiga tahun ini. Khususnya pada komponen kesehatan dan pendidikan yang tumbuh 7,34 persen, naik signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yakni 5,36 persen. "Penyebabnya, terjadi pergantian tahun ajaran," tutur Suhariyanto. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement