REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan bahwa penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi capaian data Producer Price Index (PPI) Amerika Serikat (AS). Tercatat, PPI AS pada Februari 2025 mengalami penurunan menjadi 0,0 persen atau di bawah estimasi 0,3 persen, sedangkan PPI inti memburuk jadi 0,1 persen.
"Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 16.350-Rp 16.475 per dolar AS," ucapnya di Jakarta, Jumat (14/3/2025).
Penguatan kurs rupiah pada hari ini melanjutkan hari sebelumnya, yang mana mata uang Indonesia meningkat seiring ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve yang lebih agresif.
Inflasi AS pada Februari 2025 sudah diprediksi akan melambat, sehingga diperkirakan sentimen terkait pemotongan suku bunga The Fed meningkat dan mendorong pelemahan dolar AS secara luas.
Kenaikan harapan tersebut didukung perlambatan inflasi AS jadi 2,8 persen year on year (yoy) dari sebelumnya 3,0 persen yoy, sementara inflasi inti melambat ke level 3,1 persen yoy dari 3,3 persen yoy.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat pagi di Jakarta menguat sebesar 37 poin atau 0,23 persen menjadi Rp16.391 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.428 per dolar AS.