Jumat 15 Nov 2019 07:10 WIB

Ambisi Toyota untuk Merebut Pasar Mobil Listrik Global

Prioritas Toyota menjadikan mobil listrik sebagai pusat transformasi perusahaan.

Logo Toyota.
Foto: REUTERS/Mike Blake
Logo Toyota.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Toyota Motor Corporation akan semakin serius menggarap mobil full listrik (Battery Electric Vehicle/BEV). Sebelumnya Toyota berhasil mengembangkan mobil terelektifikasi lain seperti hibrid, plug in hybrid, maupun fuel cell berbasis hidrogen.

Pada ajang Tokyo Motor Show yang berlangsung di Odaiba, Jepang pada 24 Oktober sampai 4 November, Toyota mengumumkan dan menampilkan sejumlah kendaraan listrik yang mendukung visi transformasi dirinya dari perusahaan manufaktur menjadi perusahaan mobilitas.

Baca Juga

"Kami bangga telah menetapkan target agresif untuk penjualan kendaraan listrik pada 2030. Bahkan target yang lebih agresif untuk pengurangan emisi pada 2050," kata Wakil Presiden Eksekutif TMC Mitsuru Kawai dalam kesempatan di perhelatan Tokyo Motor Show (TMS) 2019 baru-baru ini.

Kawai mengatakan target penjualan kendaraan listrik mencerminkan keyakinan Toyota pada potensi kendaraan listrik di dunia dan tekad perusahaan untuk mengatasi hambatan dalam memperkenalkan mobil listrik secara lebih luas. Hal itu juga terkait dengan prioritas Toyota untuk menjadikan kendaraan listrik sebagai pusat transformasinya menjadi perusahaan mobilitas dunia.

“Kami telah menunjukkan visi kami yang jelas untuk produk dan layanan mobilitas terintegrasi,” kata Kawai.

Ajang Tokyo Motor Show 2019 pun dijadikan Toyota untuk 'unjuk gigi', kendaraan listrik yang dikembangkannya, baik untuk mendukung mobilitas para atlet, official, serta pengunjung Olimpiade & Paralympic 2020 di Tokyo, maupun mobil penumpang yang bakal rilis 2020.

Ada 11 kendaraan mobilitas yang dipamerkan Toyota di ajang itu yiatu : e-Pallete, e-Trans, Micro Pallete, e-Chargeair, e-Care, e-4me, e-Racer, THR3, HSR, walking area BEV, e-Broom.

Sementara di luar booth Toyota ditampilkan kendaraan yang akan dirilis antara lain ultra compact BEV, kendaraan hidrogen Mirai generasi ke-2, mobil pintar Toyota LQ, dan Yaris terbaru.

Agresif

Lewat berbagai kendaraan listrik yang ditunjukkannya melalui ajang Tokyo Motor Show, Toyota nampak ingin mengejar 'ketertinggalannya' mengembangkan BEV. Selama ini Toyota terlihat hanya fokus mengembangkan terelektrifikasi lainnya yaitu mobil hibrid dan dan fuel cell berbasis hidrogen untuk mendukung pengurangan emisi gas buang, padahal ternyata pasar kendaraan full listrik atau BEV dunia terus berkembang.

Pada 2018 total pasar mobil listrik mencapai 1,21 juta, dengan pasar terbesar tentu saja China yang mencapai 707.800 unit. Kemudian Amerika Serikat dengan angka 228.600 unit.

Sebuah angka yang menggiurkan, setidaknya bagi Toyota. Hal itulah nampaknya mendorong Toyota kian agresif mengembangkan mobil listrik tanpa meninggalkan kehandalannya di mobil hibrid dan fuell cell.

Toyota ZEV Factory Akihiro Yanaka mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan banyak pihak untuk mempopulerkan mobil listrik. "Kami akan bekerja sama untuk membangun model bisnis baru," ujarnya.

Tidak hanya pada pengembangan model, Toyota seperti yang diungkapkan Yanaka, juga membuka kerja sama yang luas untuk memaksimalkan nilai tambah dari BEV seperti kinerja baterai hingga soal pembuangan dan daur ulang dari baterai mobil agar tidak mencemari bumi.

"Kami mencari mitra secara terbuka dan luas untuk terlibat dalam inisiatif membangun model bisnis baru dan berusaha untuk berkontribusi bagi masyarakat yang lebih baik," kata Yanaka.

Pasar Indonesia

Sementara itu Toyota Indonesia yaitu PT Toyota Astra Motor (TAM) dan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) terus berupaya mengenalkan dan mempopulerkan kendaraan hibrid yang disebut sebagai jembatan menuju mobil full listrik atau BEV.

Sejak 2009 Toyota Indonesia memperkenalkan mobil terelektrifikasi melalui mobil hibrid Toyota Prius, kemudian dalam dua tahun terakhir agresif mengenalkan varian mobil hibrid lainnya seperti C-HR dan terakhir Corolla Altis.

Dalam satu dekade itu hanya sekitar 2.000 unit mobil hibrid yang berhasil dijual, karena memang harganya jauh lebih mahal dibandingkan kendaraan konvensional atau ICE (Internal Combustion Engine) vehicle.

Kini dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai

BEV untuk Transportasi Jalan dan Peraturan Pemerintah (PM) Nomor 73 Tahun 2019 tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai PPnBM, harga mobil ramah lingkungan akan sedikit lebih rendah dari sebelumnya.

"Kami akan ikut pada program pemerintah itu dan akan terus berdiskusi dengan pemerintah mengenai hal itu," kata Eksekutif GM Toyota Astra Motor (TAM) Fransciscus Soerjopelranoto saat mendampingi wartawan Indonesia ke Tokyo Motor Show.

Hal senada dikemukakan Presdir PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono. " Itu (mobil listrik) tren dunia. Kalau tidak ikut, kita tidak bisa ekspor," ujarnya.

Namun baik Fransiscus Soerjopranoto maupun Warih tidak bisa memastikan kendaraan listrik apa yang akan dibawa dan diproduksi di Indonesia. Keduanya masih menunggu lanjutan kebijakan pemerintah dan berharap insentif yang lebih agresif untuk memproduksi & memasyarakatkan mobil listrik maupun mobil terelektifikasi lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement