Kamis 10 Oct 2019 14:25 WIB

BTPN Syariah: Rasio Pembiayaan Bermasalah Turun

Penurunan rasio pembiayaan bermasalah sejalan pertumbuhan pembiayaan yang sehat

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty (kedua kanan) bersama Komisaris Utama BTPN Syariah Kemal Azis Stamboel (kedua kiri) dan mantan komisaris BTPN Syariah Maya Kartika (kiri),  berbincang dengan Komisaris baru BTPN Syariah Yenny Lim seusai RUPSLB BTPN Syariah di Jakarta, Senin (2/9).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty (kedua kanan) bersama Komisaris Utama BTPN Syariah Kemal Azis Stamboel (kedua kiri) dan mantan komisaris BTPN Syariah Maya Kartika (kiri), berbincang dengan Komisaris baru BTPN Syariah Yenny Lim seusai RUPSLB BTPN Syariah di Jakarta, Senin (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPN Syariah) mampu menjaga kualitas kredit yang tercermin pada tingkat rasio pembiayaan bermasalah Non Performing Financing (NPF) sebesar 1,34 persen. Pencapaian ini turun dibandingkan periode yang sama sebelumnya sebesar 1,65 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty mengatakan pencapaian rasio pembiayaan bermasalah sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan yang sehat sebesar 24 persen menjadi 8,54 triliun dari Rp 6,87 triliun pada periode yang sama 2018.

Baca Juga

"Pertumbuhan yang sehat serta berkelanjutan ini adalah buah dari konsistensi perusahaan untuk fokus melayani keluarga prasejahtera produktif sejak 2010," ujarnya kepada wartawan, Kami (10/10).

Ke depan perusahaan fokus  melayani keluarga prasejahtera produktif Indonesia. Langkah ini untuk mengupayakan agar mimpi dan niat baik nasabah lebih cepat dengan cara yang tepat.

Hingga periode ini, total aset BTPN Syariah tumbuh 30 persen menjadi 13,94  triliun dari 10,73 triliun secara tahunan. Dana Pihak Ketiga mencapai 8,88 triliun tumbuh 27 persen dari 7,02 triliun secara tahunan.

Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di posisi 39,4 persen. Laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp 610 miliar atau tumbuh 36 persen dari Rp 449 miliar secara tahunan.

Perusahaan juga berhasil meningkatkan efisiensi dalam mengoperasikan bisnis dimana beban operasional terhadap pendapatan operasional sebesar 60,4  persen atau lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya 62,9 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement